Dankali ini admin menuliskan Lirik Lagu Siantar Rap Foundation - Dijou Ahu Mulak, semoga lagu ini bisa menghibur Anda. Jangan lupa juga untuk membeli atau mendownload lagunya di berbagai platform musik digital seperti Spotify , Itunes , Joox dan Lainya. Lirik Lagu Batak Dijou Ahu Mulak by Siantar Rap Foundation. Sian na dao hubege do sada ende

lirik lagu batak dijohu ahu mulak. sian na dao hubege do sada ende. tarsongon na mangandung-andung inang. mangandungi au parjalani borgin. nai tangis tarlungun lungun inang. dijohu ahu mulak inang. da tu rura silindung. disi do paimahon inang. da na lambok malilung. mansai hansit jala ngotngot mansai porsuk. jala dangol do andungi begeon inang. dirusuki dibolai ate ate. dibagasan hilalaon amang da inang. na lao na mulak inang. da tu rura silindung. asa gira huida inang. da na lambok malilung. hundul au inang pual pualon. jong jong au inang naso sambopon. mata da inang sora tarpondom. binaen ni sidangolon da inang. di baheni aut marhabong habong au. tarsongon lali habang au da inang. tongkin on dope au laho abang. manalpuik angka dolok rura inang. nalao ma au habang inang. da tu rura silindung. asa gira huida inang. da na lambok malilung. RELATED POSTS Watch LaterAdded Watch LaterAdded Watch LaterAdded Watch LaterAdded Watch LaterAdded Watch LaterAdded

mangaddungionau parjalangi. borngin nai tangis tarlangun2 au inang di jou au mulak inang tu rura silindung asa ni lagu i da inang na lambok malilung mansai hatcit jala ngot2 mansai porsut jala dangol do andungi begeon da inang dirusui dibolai ate ate dibagasan hilaon damang dainang dijou au mulak inang turura silindung asa ni lagu i da inang
Sian nadao hubege do sada ende tarsangon na mangaddung2 inang mangaddungion au parjalangi. borngin nai tangis tarlangun2 au inang di jou au mulak inang tu rura silindung asa ni lagu i da inang na lambok malilung mansai hatcit jala ngot2 mansai porsut jala dangol do andungi begeon da inang dirusui dibolai ate ate dibagasan hilaon damang dainang dijou au mulak inang turura silindung asa ni lagu i da inang da na lambok malilung. Hundul au inang pual-pualon jongjong au inang anso sombopon mata da inang sora tarpodom binahen ni sidangolon da inang dibaheni aut marhabong2 au tarsongon lagi habang au dainang tokkinon dope au lao habang manalpui akka dolok ni rura inang nalao au mulak inang da turura silindung asa ni lagui dainang nalambok malilung
BerikutCuplikan : Lirik Lagu Romantis Trio Galau lebih baik jomblo dari pada galau tu aha na marhallet molo soboi saut di au Ari sabtu malam minggu nian soi nama las nirohakku aut sugari ma aut sugari ho dilambungku ## Ngeri hian pakkilalan ku laos dipasombu ho do sahalakku satonga holong do satonga holong do roham tu au Reff setia do au tu
“DIJOU DO AU MULAK” Mangonar Lumbantoruan* 1. Pengantar Kalimat di atas adalah judul sebuah lagu Batak yang menggambarkan kerinduan seorang perantau ke Bona Pasogit. Sampai-sampai, saking rindunya, sang perantau digambarkan dihinggapi oleh bayangan bahwa orang-orang yang dikasihinya tarlungun-lungun di kampung. Bila ingin memahami suasana seperti yang digambarkan lagu ini, dengarkan saat dinyanyikan Christin Panjaitan atau Joy Tobing. Putar kasetnya ketika malam sudah senyap. Bila benar penikmat lagu Batak dan pecinta Bona Pasogit, kami yakin Anda akan merasakan makna tarlungun-lungun setelah mendengar lagu itu. Seperti itulah Bona Pasogit saat ini. Bukan itu saja tapi juga tarhirim sebagaimana diungkapkan Joy Tobing melalui lagu Didia do Nasida! Seseorang akan tarlungun-lungun bila yang dikasihi atau diandalkan tidak mau tau dengan keadaan atau tidak memberi perhatian kepadanya. Hati yang tarlungun-lungun itu akan semakin gundah bila disertai perasaan diabaikan, apalagi diingkari. Semuanya itu pada akhirnya akan berbaur menjadi kekecewaan yang mendalam Baca tarhirim bila orang yang dikasihi atau diandalkan tersebut sebenarnya mampu mengobati kegundahan dan kegalauan tadi namun sikap mengabaikan – atau mengingkari – membuat mereka menjadi lupa. Kepedihan dan kegundahan Bona Pasogit terkait dengan kondisi yang dialami oleh kebanyakan penghuninya yang serba tertinggal, baik dari segi ekonomi, sosial-politik maupun kultural. Bahasan kami pada tulisan ini akan lebih fokus ke sisi ekonomi dari kondisi yang kami maksudkan tadi sedangkan sisi sosial-politik dan kulturalnya kami harapkan menjadi perhatian bagi pembaca yang lebih kompeten untuk mengulasnya. 2. Benarkah Bona Pasogit Tarlungun-lungun dan Tarhirim? Tanpa harus melihat angka-angka, pembaca pasti setuju bahwa kehidupan sebagian besar penduduk Bona Pasogit jauh tertinggal dalam banyak hal. Benarkah? Kita boleh bangga bahwa di Bona Pasogit tidak dilaporkan adanya penderita busung lapar seperti di banyak daerah lain. Akan tetapi jaminankah itu bahwa mereka – terutama anak-anak balita dan usia sekolah – memperoleh gizi yang cukup? Pembaca, terutama dari kalangan kesehatan, kami harap berkenan mencermati fenomena berikut Nga mangan ho….? Nungnga……! Aha ikkanmu……? …. mie! nama sebuah produk mie instan Dari sudut nutrisi fenomena seperti ini sangat mengkhawatirkan. Bukankah mie instan tidak beda dengan nasi? Tapi kenapa disejajarkan dengan lauk pauk? Jawabnya, itulah yang terjangkau oleh taraf mampu dan sadar gizi kebanyakan warga Bona Pasogit saat ini, terutama di pelosok-pelosok. Bila demikian – dengan asupan gizi dan yang pasti juga dengan pendidikan dan kesehatan yang minim – kualitas SDM seperti apakah yang mungkin kita harapkan dari anak-anak balita dan usia sekolah yang tumbuh seperti itu? Tidakkah mereka akan menjadi the lost generation pada 10 atau 20 tahun ke depan? Contoh diatas hanyalah sedikit atau merupakan puncak dari gunung es ketertinggalan Bona Pasogit. “Lho, bukankah di Bona Pasogit sudah berkembang kopi Sigarar Utang?” Ada pula mega-industri yang gaji karyawannya saja puluhan miliar setiap bulan; belum lagi fee dan hibah yang dikucurkannya setiap tahun! Industri menengahpun mulai tumbuh! Out-let Kacang Sihobuk sudah sampai ke plaza modern di Jakarta. Sekolah atau perguruan tinggi unggulan sudah berdiri. Apakah itu semua bukan indikator kemajuan? Betul! Banyak kemajuan di Bona Pasogit! Tetapi perlu dicermati, siapakah yang mengambil manfaat paling banyak dari perubahan-perubahan tersebut? Pernahkah kita dengar keluhan petani Bona Pasogit Baca yang sebenar-benarnya petani bahwa kavling mereka semakin hari semakin digerogoti para petani berdasi? Pernahkan kita tanyakan siapa pemilik kebun-kebun dengan ribuan batang kopi disana? Atau kebun jeruk yang berhektar-hektar itu? Dari mana pasokan kebutuhan pokok senilai miliaran rupiah yang dibeli para karyawan mega-industri tadi? Dari mana asal souvenir yang dijual di kawasan Salib Kasih? Dari mana bahan baku Kacang Sihobuk? Dari mana pakan dan bibit ikan keramba yang di Danau Toba? Apakah ratusan hektar lahan tidur di kawasan Silangit sana masih milik penduduk setempat? Dimana sekarang putra-putri terbaik Bona Pasogit itu berkiprah? dst.. dst. Jawabannya orang atau daerah lain baca dari, ke atau di luar Bona Pasogit. Yang tersisa bagi penduduk setempat hanya kavling-kavling marginal atau sebatas upah memburuh, bahkan tidak jarang sekedar uap na so marimpola. Dalam bahasa ekonomi, yang tercipta adalah disparitas kesenjangan; bahasa sosial brain drain; dan bahasa kultural eksklusifisme. Dengan kenyataan seperti itu wajar Bona Pasogit tarlungun-lungun, bahkan tarhirim. Mengapa? Karena sesungguhnya kondisi tersebut tidak perlu terjadi sekiranya, pertama, penghuni Bona Pasogit mampu menjalankan kegiatan ekonomi yang berbasis kepada sumberdaya setempat, bukannya terkondisikan untuk menjadi tergantung kepada masukan-masukan dari luar yang sangat padat modal. Kedua, sekiranya program-program yang ditawarkan oleh lembaga atau instansi setempat termasuk gereja lebih berorientasi kepada pemberdayaan masyarakat bukannya menjejalkan apa yang bisa atau suka mereka lakukan. Ketiga, sekiranya sekian banyak anak-anak terbaik Bona Pasogit yang sudah berjaya itu memiliki kepedulian sejati bukannya lebih menempatkan Bona Pasogit sebagai objek bagi pemuasan naluri pasombu tagas-nya atau ambisi untuk patudu haboion-nya. Keempat, sekiranya para kapitalis-kapitalis yang katanya berbaik hati dan berjiwa mulia itu lebih mengarahkan modalnya untuk menciptakan pasar bagi produk-produk setempat bukannya menjadikan Bona Pasogit sebagai ceruk pasar bagi produk dagangannya. Sederet sekiranya yang lain masih bisa dikemukakan. Namun kalau saja ke-empat harapan di atas bisa terwujud maka lungun dan hirim Bona Pasogit akan terobati. Lebih dari pada itu, dampaknya akan menakjubkan karena menjadi pamurnas tu daging saudara tu bohi, sipalomak imbulu sipaneang holi-holi. Dalam bahasa ekonomi itulah yang disebut hadumaon. Dalam bahasa sosial yang didambakan Bona Pasogit adalah kepedulian yang menyembuhkan. 3. Mengapa Kita Harus Peduli dengan Bona Pasogit? Salah satu naluri manusia adalah kecenderungan untuk menempatkan diri kedalam kelompok group. Dasar atau acuan yang digunakan untuk itu adalah taraf kepemilikan akan sesuatu yang dinilai berharga, di antaranya identitas. Penanda identitas bisa berupa asal-usul, marga, nama, profesi, simbol tertentu dll. Akan tetapi yang paling hakiki dan universal sifatnya adalah asal usul Bahasa Batak haroroan. Asal usul bisa merujuk kepada silsilah atau tanah leluhur berikut kultur yang diwariskannya. Dengan demikian Bona Pasogit – tanah leluhur identitas Halak Hita – adalah representasi atau setidaknya merupakan bagian dari identitas Halak Hita. Simbol identitas inilah yang sering tercemar oleh ulah segelintir oknum. Sesuai karakternya, suka tidak suka, Halak Hita sering dinilai dekat dengan hal-hal yang berbau kekerasan, bahkan kriminal. Sebenarnya jumlah Halak Hita yang berperilaku halus dan baik, bahkan yang berjasa bagi bangsa ini, jauh lebih banyak dibanding segelintir pelaku tindakan menyimpang itu. Tapi, begitulah manusia. Ulah segelintir oknum bisa menjadi representasi citra atau reputasi, bahkan menjadi stigma bagi suatu komunitas. Itu adalah hukum alam. Orang bijak berkata ”Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga”. Ompung kita membahasakannya dengan umpama ”Maraprap na so magulang”. “Ahh, saya lahir dan besar di parserahan koq, ngapain ulah par-Bona Pasogit dikait-kaitkan dengan saya!” atau “Emang Gue Pikirin!” kata si Poltak si-Raja Minyak. Kita boleh saja berkelit seperti itu. Tapi apa reaksi kita ketika a mendengar sebuah marga disebut-sebut pada acara TKP, Patroli atau Sergap? Atau, tidak terusikkah harga diri kita bila banyak yang mengkaitkan copet atau palak dengan orang Batak? Tidakkah kita risih membaca kalimat Rumah ini dijual. Tanpa Perantara. NB Kecuali orang Batak. Kenapa stereotype seperti itu muncul? Andil siapakah itu? Pembaca – terutama yang tinggal di Bona Pasogit – mohon tidak tersinggung bila kami berpraduga bahwa timbulnya pandangan sinis tadi berpangkal di Bona Pasogit yaitu ketertinggalan ekonomi yang diperparah oleh kemunduran sosial dan kultural. Karena ketertinggalan itu maka kebanyakan Halak Hita yang eksodus ke kota mangaranto berangkat dengan modal pas-pasan, baik jasmani maupun rohani. Itulah yang disebut Batak Tembak Langsung yaitu merantau, terutama sejak era 90-an, dengan modal nekad dan motif karejo aha pe taho asal unang di huta bukan asal unang manangko. Dengan kualifikasi seperti itu maka pada akhirnya peluang kerja terbesar bagi mereka adalah sektor-sektor yang mengandalkan otot, bahkan sering mengedepankan kenekadan. Sektor-sektor ini galibnya dekat dengan kekerasan serta sarat dengan ketidakteraturan, ketidakmemadaian dan ketidakpastian pendapatan Baca Marhais manogot, martuduk botari. Siapapun yang hidup dengan pola ekonomi seperti itu akan mudah tergoda menghalalkan segala cara. Pembaca boleh tidak setuju dengan argumen di atas dengan alasan toh siatuasi seperti itu terjadi bukan hanya pada Halak Hita. Akan tetapi itu tidak bisa kita gunakan sebagai alasan untuk tidak peduli dengan Bona Pasogit. Biar bagaimananpun keterkaitan dan keterpengaruhan citra serta reputasi setiap Halak Hita tidak mungkin lepas dari Bona Pasogit sekalipun mungkin ada yang berdalih “Ah, saya orang Indonesia koq, ngapain repot-repot dengan identitas etnis!” Itu sah-sah saja. Tetapi, sekiranya sikap Anda demikian, apa jawab Anda terhadap pertanyaan “Indonesia yang manakah Anda?” Bali-kah? Jawa-kah? Minang-kah? Batak-kah? Tanpa merujuk ke salah satu daerah, etnis, komunitas, budaya atau adat yang ada di Indonesia maka ke-Indonesia-an Anda meragukan. Kenapa demikian? Karena sesungguhnya Indonesia itu tidak ada, yang ada adalah kumpulan pulau, daerah, etnis, komunitas, budaya atau adat yang secara bersama-sama eksis di wilayah NKRI. Mungkinkah kita bermetamorfosis agar penanda etnisitas kita berganti? Seseorang boleh saja mendapat pengakuan atau diterima menjadi anggota etnis atau komunitas di luar milik aslinya, namun pada domain tertentu dia akan menjadi the outsider dan tetap sebagai out-group bagi kelompok tersebut. Para leluhur kita sudah paham hal tersebut sebagaimana mereka ingatkan melalui kata-kata bijak Ndang dao tubis sian bonana. Tandaon do hau sian parbuena. Maka, bila buah pohon identitas Anda adalah ketidaktahuan atau pengabaian – apalagi pengingkaran – terhadap asal usul Anda maka “Na lilu–lah Anda. Bagi orang Batak, seseorang yang tidak tau atau tidak jelas haroroan-nya disebut na lilu. Orang Batak sejati, dan kami yakin juga etnis lain, tidak sudi disebut na lilu. Suatu penistaan itu baginya. Jadi, suka tidak suka, Bona Pasogit akan selalu melekat sebagai bagian dari identitas Halak Hita. Argumen sederhana di atas rasanya cukup memadai untuk menjawab pertanyaan mengapa mengimplementasikan kepedulian kepada Bona Pasogit perlu dan mendesak. Karena, siapakah yang mau simbol identitasnya babak belur? Siapakah yang tidak gundah Bona Pasogitnya dijuluki daerah tertinggal? Siapakah yang rela tanah leluhurnya digerogoti para kapitalis pemburu rente? Siapakah yang tidak gelisah ketika ibu pertiwinya tarlungun-lungun? Tidak ada, kecuali na lilu. 4. Daon ni Lungun & Hirim Bagi Bona Pasogit Salah satu pesan orang tua penulis ketika kami mau berangkat kuliah dulu adalah “Sipata baen suratmu, asa adong daon ni sihol!”. Lalu, setelah penulis mulai bekerja pesan beliau ditambahi “Sipata kirim sagetep sian gajimi, asa sombu hirim? Ketika anak pertama kami baru lahir – saat itu di Jawa Tengah – isi surat beliau menjadi “Hatop kirim foto ni pahompui! Pembaca yang budiman, makna apakah yang tersirat dibalik kalimat-kalimat tersebut? Menurut hemat kami adalah kerinduan. Setiap orangtua selalu didera oleh keinginan untuk berada dekat dengan anak-cucunya atau setidaknya tau persis bagaimana keadaan mereka. Sehatkah dia? Cukup makankah dia? Bahagiakah dia? Mirip siapakah cucuku yang baru lahir itu? Ingatkah mereka akan saya? Itulah sekelumit pertanyaan yang selalu terbersit dalam benak para orang tua. Dari kaca mata batin kami seperti itu jugalah perasaan Bona Pasogit terhadap anak-cucu-cicitnya yang di parserahan. Bona Pasogit tau betul betapa tidak mungkin anak ranto sering-sering menjenguknya. Bona Pasogit memahami kesibukan kita manjalahi ampapaga na lumomak. Lebih dari itu, Bona Pasogit menyadari betapa tidak mungin dia menyuruh kita semua kembali dan menetap dipangkuannya. Dia tau persis ukuran kemampuan atau daya dukungnya. Untuk menghidupi yang sekarang saja nafasnya sudah tersengal-sengal, konon lagi kalau ditambah para perantau. Bona Pasogit tetap berlapang dada walau lebih sering kita kirimi tubuh-tubuh yang sudah kaku atau tulang belulang yang sudah rapuh. Biarlah. Yang penting jasad anak-anaknya tidak terlantar. Yang membuat Bona Pasogit meratap adalah ketegaan anak ranto-nya membiarkan dia sendiri mengasuh anak-anaknya yang tidak mampu menjauh dari pangkuannya dan harus disuapinya dengan air susunya yang sudah mengering itu. Bona Pasogit mendambakan darah segar, atau setidaknya Sustagen Mama sebagaimana, misalnya, diterima tetangga jauhnya Ranah Minang melalui Gerakan Seribu Minang Bahasa Batak Sa-sagetep pe taho asal ris. “Ia Aek santetek na otik doi , molo sai menetek mangalantap do i. Itu doa dan andung Bona Pasogit. Pembaca yang budiman, yang ingin kami kemukakan melalui metafora di atas adalah agar kita mulai mencoba menghayati dan mengimplementasikan makna yang tersirat didalam ungkapan tampakna do tajomna, rimni tahi do gogona yaitu kebersamaan dan kesejajaran. Bahwa banyak Halak Hita menyalurkan kepeduliannya ke Bona Pasogit, itu harus diakui dan disyukuri. Tidak sedikit Halak Hita yang merelakan uangnya sampai ratusan juta bahkan miliaran rupiah untuk membangun sesuatu di Bona Pasogit. Yang sering tidak kita sadari adalah betapa dampak sebagian besar proyek-proyek prestisius tadi justru telah menumbuhkan keeksklusifan, memperlebar kesenjangan dan menyuburkan ke-iri-dengki-an di antara sesama Halak Hita, baik yang di Bona Pasogit maupun di perantauan. Banyak juga Halak Hita menyalurkan kepeduliannya langsung kepada yang membutuhkan. Namun sayangnya, bersifat sesaat dan konsumtif, tidak ubahnya seperti bantuan dana kompensasi BBM yang disalurkan sekali tiga bulan lalu dihabiskan dalam tiga jam. Alih-alih berdayaguna, bantuan karikatif seperti itu tidak menyentuh akar permasalahan, malah memperkokoh jerat kemiskinan dan ketertinggalan. Jadi, bila ingin berdayaguna, apalagi berkelanjutan, maka kepedulian kita kepada Bona Pasogit haruslah berupa bantuan yang memberdayakan. Sifatnya bukan silean-lean karena – menurut seorang pemerhati budaya Batak – dari sononya Halak Hita tidak sudi hanya menerima, apalagi menjadi pengemis. Hutang adat dibayar adat. Molo jinalo adat ingkon garar on do adat; molo jinalo juhut ingkon lehonon dekke; molo jinalo ulos ingkon lehonon piso. Sama rasa! Take and give. Win-win solutions. Itu prinsip demokrasi sejati Bangso Batak. Banyak yang sinis terhadap sikap Halak Hita yang selalu memposisikan dirinya sebagai anak ni raja. Sebenarnya, ketidakpahaman kitalah akar dari kesalah-kaprahan ini. Makna atau implikasi kata raja dalam bahasa Batak – tekanan pada suku kata ja bukan pada ra frase anak ni raja seharusnya dibaca Anak ni na raja! – bukan penguasa atau pemerintah melainkan menunjuk kepada sikap dan kemampuan terutama untuk mengayomi sesamanya Bahasa Batak manarihon na pinarorotna. Itulah makna sejati harajaon menurut budaya Batak. Daripada tahta raja, struktur kemasyarakatan Bangso Batak asli lebih mengenal posisi guru atau datu bukan dukun tapi pangubati. Penjajah Belandalah yang memperkenalkan hierarhi pemerintahan ke Tano Batak, antara lain melalui lembaga Kapala Nagari. Agar selaras dengan prinsip dan sistim nilai seperti di atas maka menurut hemat kami fokus kepedulian kita haruslah membangun kemitraan yang saling menguntungkan – antara penduduk setempat dengan perantau – untuk mendayagunakan segala potensi yang ada di Bona Pasogit. Tidak waktunya lagi kita memberi bantuan cuma-cuma. Tidak waktunya lagi kita hanya memberikan bantuan fisik. Tidak waktunya lagi membiarkan hanya orang-orang tertentu baca pemodal, mengatasnamakan komunitas pangaranto, menggarap peluang usaha di Bona Pasogit. Karena kalau demikian kita akan membiarkan saudara-sadara kita menjadi buruh di ladangnya sendiri. Yang harus kita lakukan adalah membantu bagi warga Bona Pasogit agar mampu mengkreasi dan mengelola peluang usaha secara mandiri. Kita, para perantau, harus menempatkan diri sebagai mitra usaha bagi warga Bona Pasogit, bukan sebagai saingan atau sekedar pemberi lapangan kerja bagi mereka. Peluang untuk menjalin kemitraan seperti itu sangat terbuka di Bona Pasogit, antara lain melalui pranata mamahani atau mamola pinang. Filosofi penyuluhan pertanian di Indonesia adalah berikan kail, bukan ikan, kepada petani. Filosofi inilah menurut hemat kami yang menjadi pangkal penyebab pertanian kita salah arah dan salah urus. Selama puluhan tahun petani kita dijejali kail dalam bentuk sarana produksi dan peralatan import sampai-sampai mereka tidak tau umpan apa dan dari mana harus dipakai untuk itu. Hasilnya petani kita ibarat ayam, kelaparan di atas lumbung bapi Bahasa Batak mauas di toru ni sampuran. Untuk membangun Bona Pasogit, yang pilar utamanya adalah pertanian, janganlah kita ulangi kesalahan seperti itu. Yang kita lakukan haruslah memampukan petani setempat meramu umpan yang cocok Bahasa Batak sordit untuk mengail di kulit bumi Bona Pasogit yang sudah kurus kerontang. Bila kemampuan seperti itu tumbuh, yakinlah produktivitas petani kita akan melimpah. Keingintahuan Halak Hita tidak perlu diragukan. Jangankan ke Tanah Karo atau Simalungun, ke negeri Jahudi sanapun Halak Hita siap belajar bagaimana cara menanam kentang atau tomat. Halak Hita tidak rela ketinggalan melainkan sangat inovatif dan kreatif sebagaimana diungkapkan peribahasa mata guru, roha sisean. Bila produktivitas sudah meningkat, kita bantu jugalah mereka mencari atau mencipta pasar bagi produk-produknya. Kemalasan, yang sering kita tuduhkan kepada warga Bona Pasogit, bersumber dari masalah pemasaran ini. Halak Hita pada dasarnya sangat ulet. Ketidak-berpihakan pasarlah yang membuat mereka menjadi apatis. Siapakah yang tidak apatis bila jerih payahnya berbulan-bulan lebih sering mendatangkan kekecewaan? Sekali-sekali berkunjunglah ke pasar Siborong-borong sana. Berdialoglah dengan petani. Jangan kaget bila disebutkan bahwa harga segoni sayur keriting sekitar 25 kg lebih sering tidak lebih mahal dari semangkuk Bakmie si Gomuk. Kalau saja modal dan tenaga yang sudah habis untuk segoni sayur tadi dibelikan ke bakmie, mungkin sang petani akan memperoleh lebih dari dua mangkok. Kalau mau jujur, kitapun akan apatis bila berhadapan dengan kenyataan seperti itu. 5. Penutup Jou-jou Bona Pasogit berlaku bagi kita semua anak-cucu-cicit-nya. Bukan hanya yang kaya atau berpangkat, tetapi juga yang tetap bersakit-sakitan walau sudah merantau bertahun-tahun. Realistislah. Bona Pasogit masih berpotensi untuk mensejahterakan anak-anaknya asalkan kita tidak menjadi benalu apalagi membawa racun ke pangkuannya. Akhir kata, melalui media ini ijinkan kami menyampaikan harapan Bona Pasogit kepada Universitas HKBP Nommensen. Kepadamu harapan ini lebih banyak dialamatkan agar kelak tidak menjadi menara gading bagi warga Bona Pasogit, nampak di mata namun tak teraih oleh tangannya yang kurus kering. Agar kelak tidak menjadi ibarat jelok, buahmu mengenyangkan bahkan membuncitkan perut banyak orang, tetapi – setidaknya ketika engkau masih muda – menguras air susu Bona Pasogit. Agar kelak anak-anakmu tidak menjadi si Mardan modern yang mengabaikan bahkan mengingkari ibu kandungnya karena kepincut oleh gemerincing ringgit sitio soara di parserahan. Tetaplah eling akan asal usulmu. Tetaplah menjadi to be parsamean ni anak ni bangsoi bukan hanya menyisakan uap na so marimpola buat Bona Pasogit. Itulah amanah statuta sejatimu. Itulah “dijou DO Au mulak” Bona Pasogit buatmu. ======================================================================================================================================== * Penulis adalah Perantau Bona Pasogit, bekerja sebagai dosen tetap di Fakultas Peternakan Universitas HKBP Nommensen, Medan. ** Tulisan yang mirip pernah dimuat di Majalah Parsaoran HKBP ”Immanuel” Edisi tahun 2005. Artikel ini diedit ulang kedua kalinya sebagai ajakan berefleksi dalam rangka menyambut Dies Natalis Universitas HKBP Nommensen ke-59 pada tanggal 7 Oktober 2013.
Nalao na mulak inang. da tu rura silindung. Asa gira huida inang. da na lambok malilung. Hundul au inang pual-pualon. Jong jong au inang naso sambopon. Mata da inang sora tarpondom. Binaen ni sidangolon da inang. Di baheni aut marhabong-habong au. tarsongon lali habang au da inang. Tongkin on dope au laho abang. manalpuik angka dolok rura
Cipt. Nahum Situmorang Tarsongon na mangandung-andung inang Mangandungi ahu parjalangi Bornginnai tangis tarlungun-lungun inang Dijou ahu mulak inang Da tu Rura Silindung Asa gira huida inang Na lambok malilu Mansai hansit jala ngot-ngot mansai porsut Jala dangol do andungi begeon inang Dirusuhi dibolai ate-ate Dibagasan hilalaon amang dainang Nalao ahu mulak inang Da tu Rura Silindung Asa gira huida inang Da na lambok malilung Hundul ahu inang pual-pualon Jongjong ahu inang anso sombopon Mata da inang so ra tarpodom Binahen ni sidangolon da inang Dibaheni aut marhabong-habong ahu Tarsongon lali habang ahu dainang Tongkinon dope ahu lao habang Manalpui angka dolok rura inang Na lao ma ahu mulak inang Tu Rura Silindung Asa gira huida inang Na lambok malilu Na lao ma ahu mulak inang Tu Rura Silindung Asa gira huida inang Na lambok malilu
AnakkonkiDo Hamoraon Di Au - Victor Hutabarat (view:1526) 36. Di Jou Au Mulak - Victor Hutabarat (CHORD) (view:1517) 37. O Doli Doli - Victor Hutabarat (view:1512) 38. Boasa Dung Botari - Victor Hutabarat (view:1503) 39. Basa Ni Tuhan - Victor Hutabarat (view:1493) 40. Hu Gorga - Victor Hutabarat (view:1490) 41. O PIO - VIKTOR HUTABARAT (view
Song Batak TobaSian na dao hubege do sada ende Tarsongon na mangandung-andung inang Di Jou Au Mulak - Siantar Rap FoundationSian na dao hubege do sada ende Tarsongon na mangandung-andung inang Mangandungi ahu parjalangi Bornginnai tangis tarlungun-lungun inang Dijou ahu mulak inang Da tu Rura Silindung Asa gira huida inang Na lambok malilu Mansai hansit jala ngot-ngot mansai porsut Jala dangol do andungi begeon inang Dirusuhi dibolai ate-ate Dibagasan hilalaon amang dainang Nalao ahu mulak inang Da tu Rura Silindung Asa gira huida inang Da na lambok malilung Hundul ahu inang pual-pualon Jongjong ahu inang anso sombopon Mata da inang so ra tarpodom Binahen ni sidangolon da inang Dibaheni aut marhabong-habong ahu Tarsongon lali habang ahu dainang Tongkinon dope ahu lao habang Manalpui angka dolok rura inang Na lao ma ahu mulak inang Tu Rura Silindung Asa gira huida inang Na lambok malilu Na lao ma ahu mulak inang Tu Rura Silindung Asa gira huida inang Na lambok malilu.tag Sian na dao hubege do sada ende Tarsongon na mangandung-andung inang Label Siantar Rap Foundation
LaguBatak Victor Hutabarat - Di Jou Au Mulak. Lagu Batak Joy Tobing - Sapata ni Anaktai. Lirik Lagu Batak - Mataniari Binsar Marsada Band. Lagu Batak - Retta Sitorus - Ho Do Bintang hu. Lagu Batak Terpopuler 2015 Elton Panggabean - Di Dolok Si Atas Barita . Batak; Humor; Literasi; Bonapasogit;
Di Jou Au Mulak Sian na dao hubege do sada ende Tarsongon na mangandung-andung inang Mangandungi ahu parjalani borgin Nai tangis tarlungun lungun inang Dijou ahu mulak inang Da tu Rura Silindung Disi do paimahon inang Da na lambok malilung Mansai hansit jala ngotngot mansai porsuk Jala dangol do andungi begeon inang Dirusuki dibolai ate ate Dibagasan hilalaon amang da inang Na lao na mulak inang Da tu rura silindung Asa gira huida inang Da na lambok malilung Hundul ahu inang pual-pualon Jong jong ahu inang naso sambopon Mata da inang sora tarpondom Binaen ni sidangolon da inang Di baheni aut marhabong-habong ahu Tarsongon lali habang ahu da inang Tongkin on dope ahu laho abang Manalpuik angka dolok rura inang Nalao ma ahu habang inang Da tu rura silindung Asa gira huida inang Da na lambok malilung Lirik Lagu "Di Jou Au Mulak" dari Joy Tobing dan Dapatkan Lirik Lagu Lainya

Siantarrap foundationJangan lupa subscribe chanel kamiAndre Saragih

Cipt. Nahum Situmorang Sian na dao hubege do sada ende Tarsongon na mangandung-andung inang Mangandungi ahu parjalangi Bornginnai tangis tarlungun-lungun inang Dijou ahu mulak inang Da tu Rura Silindung Asa gira huida inang Na lambok malilu Mansai hansit jala ngot-ngot mansai porsut Jala dangol do andungi begeon inang Dirusuhi dibolai ate-ate Dibagasan hilalaon amang dainang Nalao ahu mulak inang Da tu Rura Silindung Asa gira huida inang Da na lambok malilung Hundul ahu inang pual-pualon Jongjong ahu inang anso sombopon Mata da inang so ra tarpodom Binahen ni sidangolon da inang Dibaheni aut marhabong-habong ahu Tarsongon lali habang ahu dainang Tongkinon dope ahu lao habang Manalpui angka dolok rura inang Na lao ma ahu mulak inang Tu Rura Silindung Asa gira huida inang Na lambok malilu Na lao ma ahu mulak inang Tu Rura Silindung Asa gira huida inang Na lambok malilu. Chords Intro A D A D E A E A Sian na dao hubege do sada ende D A E A tarsongon na mangandung-andung inang E A Mangandungi au parjalangi borginna i D A E A tangis tarlungun lungun au inang Bm Dijou au mulak inang E A da tu Rura Silindung Bm Disi do paimahon inang E A E da na lambok malilung A Mansai hansit jala ngotngot mansai porsuk D A E A jala dangol do andung andungi begeon inang E A Dirusuki dibolai ate ate D A E A dibagasan hilalaon amang da inang Bm Na lao ma au mulak inang E A da tu rura silindung Bm Asa gira huida inang E A da na lambok malilung Reff. E A Hundul au inang pual-pualon E A Jongjong au inang hasosombopon E A Mata da inang sora tarpodom B E Binaen ni sidangolon da inang A Di baheni aut marhabong-habong au D A E A E tarsongon lali habang au da inang A Tongkin on pe au laho habang D A E A manalpuki angka dolok rura inang Bm Nalao ma au habang inang E A da tu rura silindung Bm Asa gira huida inang E A da na lambok malilung

KumpulanLirik lagu batak Selasa, 16 November 2010. Di jou ahu mulak Sian nadao hubege do sada ende tarsangon na mangaddung2 inang mangaddungion au parjalangi. borngin nai tangis tarlangun2 au inang di jou au mulak inang tu rura silindung asa ni lagu i da inang na lambok malilung mansai hatcit jala ngot2 mansai porsut jala dangol do andungi Selamat membaca serta menyanyikan lirik lagu Dijou Ahu Mulak yang dibawakan oleh Siantar Rap Foundation. Dukung terus penyanyi idolamu untuk terus berkarya dengan cara tidak mendownload ataupun mengunduh lagu yang mereka miliki secara ilegal. Sebagai gantinya kamu dapat mendengarkan lagu mereka melalui layanan-layanan streaming online seperti Youtube, Spotify dan Lirik Lagu KeteranganData Judul laguDijou Ahu Mulak PenyanyiSiantar Rap Foundation SongwriterNahum Situmorang KategoriLaguBatak Lirik Lagu Dijou Ahu Mulak by Siantar Rap Foundation Sian na dao hubege do sada ende Tarsongon na mangandung-andung inang Mangandungi au parjalani borngin nai tangis Tarlungun-lungun inang Dijou ahu mulak inang Tu rura silindung Disi do paimahon inang Na lambok malilung Mansai hansit jala ngotngot mansai porsuk Jala dangol do andungi begeon inang Dirusuhi dibolai ate-ate dibagasan Hilalaon amang dainang Na laho ahu mulak inang Tu rura silindung Asa gira huida inang Na lambok malilug Menatap dari kejauhan Indahnya satu perkampungan Yo meraba dari kedekatan Menunjuk besarnya rasa kerinduan Terdengar merdu satu lagu Yang membawaku walau jarak yang jauh Terpanggil dijou ahu mulak Menjawab hapuskan apa itu jarak Dapatkan kebahagiaan Yang tak kan kudapat di lain tempat Sejuta pesona di balik gunung Sampai jumpa di rura silindung Hundul ahu inang pualpualon Jongjong ahu inang hasosonggopon Mata dainang sora tarpodom Binahen ni sidanggolon dainang Dibaheni aut marhabong-habong ahu Tarsongon lali habang ahu dainang Tongkinon do pe ahu laho habang Manalpui angka dolok rura inang Na laho ahu mulak inang Tu rura silindung Asa gira huida inang Na lambok malillungNote Hi! Our goal is just to provide information and archive as much as possible Song Lyrics and make it easier for those of you who want to learn and play music. However, if you do not agree with this or you may have copyright issues, please read our DMCA Policy. Liriklagu gokkon dohot jou jou. Love you all tu anak ni namboru mi. Lirik Lagu Tabo Ni Namarpariban - Joy Tobing Thamrin Manullang Judul. hi ikkon marsirang Mangoloi hatami Reff Tumagon tuhalak Didok ho tu dainang Sirang mai bogas hi Atik pe nunga martopi di au Hape dukkon mulak Tanda ki o amonge Boru ni halak Dipasaut anak mi Alani hatam
Judul Dijohu Ahu Mulak Penyanyi Victor Hutabarat Download Mp3nya disini Sian na dao hubege do sada ende tarsongon na mangandung-andung inang Mangandungi au parjalani borgin nai tangis tarlungun lungun inang Dijou au mulak inang da tu Rura Silindung Disi do paimahon inang da na lambok malilung Mansai hansit jala ngotngot mansai porsuk jala dangol do andungi begeon inang Dirusuki dibolai ate ate dibagasan hilalaon amang da inang Na lao na mulak inang da tu rura silindung Asa gira huida inang da na lambok malilung Hundul au inang pual-pualon Jong jong au inang naso sambopon Mata da inang sora tarpondom Binaen ni sidangolon da inang Di baheni aut marhabong-habong au tarsongon lali habang au da inang Tongkin on dope au laho abang manalpuik angka dolok rura inang Nalao ma au habang inang da tu rura silindung Asa gira huida inang da na lambok malilung Mulak ma au Mulak ma au Mulak ma au Mulak ma au
.
  • 1zi69rr2at.pages.dev/796
  • 1zi69rr2at.pages.dev/712
  • 1zi69rr2at.pages.dev/999
  • 1zi69rr2at.pages.dev/845
  • 1zi69rr2at.pages.dev/543
  • 1zi69rr2at.pages.dev/289
  • 1zi69rr2at.pages.dev/135
  • 1zi69rr2at.pages.dev/35
  • 1zi69rr2at.pages.dev/471
  • 1zi69rr2at.pages.dev/442
  • 1zi69rr2at.pages.dev/860
  • 1zi69rr2at.pages.dev/73
  • 1zi69rr2at.pages.dev/574
  • 1zi69rr2at.pages.dev/480
  • 1zi69rr2at.pages.dev/717
  • lirik di jou au mulak