Saklaralat elektronik apabila tidak digunakan sebaiknya untuk menghindari kebakaran. 4.2 Menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Upacara Adat Perkawinan Betawi. Salah satu nilai yang terkandung dalam upacara adat pernikahan Betawi Medan - Mandailing merupakan salah satu etnis di Sumatera Utara, yang menempati wilayah Tapanuli Bagian Selatan. Masyarakat Mandailing memiliki beragam tradisi dalam jurnal berjudul Kearifan Mandailing dalam Tradisi Markobar karya Dosen Universitas Negeri Medan, Fauziah Khairani Lubis yang dikutip detikSumut, Minggu 23/10/2022, terdapat 14 tradisi lisan etnis dari 14 tradisi tersebut, terdapat tradisi yang sudah tidak ditemukan lagi di tengah-tengah masyarakat atau sudah punah. "Jika tabel di atas dicermati dengan seksama sesuai dengan keberadaan tradisi lisan Mandailing pada masa kini maka dapat ditarik kesimpulan betapa terancamnya tradisi lisan dalam etnis Mandailing, bahkan beberapa diantaranya telah punah sama sekali," tertulis dalam jurnal lisan ini menggunakan diksi atau stastra yang sarat akan bahasa Mandailing yang enak didengar. Bahasa yang disampaikan penuh makna yang 14 Tradisi Lisan yang Terdapat di Etnis Mandailing1. MangambatMangambat mencegah merupakan upacara menghalangi-halangi pengantin wanita yang akan dibawa oleh mempelai pria. Orang yang mangambat adalah anak laki-laki dari saudara perempuan dari ayah pengantin pengantin wanita tersebut akan mencoba menghalangi dan berdialog dengan diksi-diksi tertentu. Saat ini tradisi ini sudah mulai jarang diterapkan di etnis MangandungMangandung adalah sebuah semacam ratapan dan keluh kesah dengan bentuk nyanyian seorang istri seperti saat ditinggal mati suami atau anak gadisnya yang akan menikah. Tradisi ini sudah tidak ditemukan lagi di Mangalehen ManganMangelehen mangan merupakan merupakan tradisi upa-upa mendoakan hal-hal yang baik kepada anak perempuan yang akan menikah. Tradisi lisan ini juga hampir MangupaMangupa sama halnya dengan mangelehen mangan, hanya saja tradisi lisan ini dilakukan kepada anak laki-laki. Selain untuk menikah, mangupa juga dilakukan saat si anak selamat dari bencana, meraih prestasi dan terdapat makanan khususnya gulai ayam dalam mangupa ini. Saat ini tradisi tersebut juga hampir ManjeirManjeir merupakan tradisi lisan yang digunakan untuk mengiringi tarian adat Mandailing, tor-tor. Tradisi ini juga saat ini hampir Marolok-olokMarolok-olok adalah suatu tradisi lisan yang digunakan saat pengantar pembicara saat upacara adat. Tradisi ini juga hampir Marbue-bueMarbue-bue adalah tradisi lisan yang dilakukan seorang ibu saat akan menidurkan anaknya dengan bersenandung. Tradisi ini juga hampir MarburasMarburas merupakan tradisi lisan yang menceritakan cerita lucu atau anekdot di kedai kopi, keramaian, maupun di tempat tidur. Tradisi ini juga mulai jarang MarkobarMarkobar merupakan tradisi lisan yang digunakan di acara-acara pernikahan dan lainya, biasanya para tokoh-tokoh adat dan kampung akan berbicara di dalam satu Maronang-onangMaronang-onang merupakan nyanyian pengantar tarian tor-tor remaja dan pemuda. Tradisi ini juga sudah jarang Marsitogol/JengjengMarsitogol/jengjeng merupakan senandung keluh kesah yang diiringi oleh suling atau uyup-uyup. Tradisi ini mulai sulit MarturiMarturi merupakan sebuah tradisi lisan yang menyampaikan dongeng atau cerita rakyat. Tradisi ini sudah tidak ditemukan lagi di Marungut-ungutMarungut-ungut merupakan cara mendiskripsikan suasana hati yang galau dengan bersenandung. Tradisi ini juga sudah mulai MarmayamMarmayam merupakan jenis permainan anak-anak yang menggunakan bahasa Mandailing sebagai saran permainan. Tradisi ini juga sudah mulai Simak Video "Suasana Tradisi Apitan di Semarang" [GambasVideo 20detik] afb/afb
Sistemkekerabatan yang digunakan oleh orang Jawa pada umumnya adalah Patrilineal, atau menggunakan garis keturunan dari pihak ayah. Alat musik yang khas, dan tentu saja paling terkenal dari Jawa adalah gamelan Jawa. Brokohan merupakan salah satu upacara adat Jawa untuk menyambut kelahiran bayi, dengan tujuan agar sang bayi dapat lahir

Ilustrasi pernikahan adat Jawa. Foto Dok. iStock Dki jakarta – Pernikahan adat Jawa memiliki banyak prosesi. Mulai dari siraman, seserahan, midodareni dan panggih. Dari semua prosesi tersebut, panggih menjadi salah satu tahapan yang memiliki banyak tahapan dalam pernikahan adat Jawa. Upacara panggih melambangkan pertemuan awal antara pengantin wanita dengan pengantin pria yang masing-masing masih dalam keadaan suci. Upacara panggih atau pertemuan antara pengantin pria dan wanita secara adat Jawa, didasari pada dua hal berikut ini – Perjodohan ditetapkan oleh orangtua yang didasari pertimbangan, seperti bibit, bebet dan bobot. Demi kelangsungan dan keselamatan rumah tangga dikemudian hari. – Pada waktu pernikahan mungkin kedua calon pengantin belum begitu saling mengenal, bahkan ada yang belum pernah bertemu. Maka pernikahan untuk membentuk keluarga baru diawali dengan upacara panggih atau bertemu. Seperti dikutip dari weddingku dan buku karangan Drs. Gitosaprodjo dan Drs. Thomas Wiyasa Bratawidjaja mengenai pernikahan adat Jawa, berikut urutan pelaksanaan upacara panggih di pernikahan adat Jawa ane. Upacara Penyerahan Sanggan Setelah persiapan dan waktu yang direncakan untuk menikah, pengantin wanita keluar dari dalam rumah dan duduk di kursi pengantin berhias indah dimuka petanen atau disebut krobongan. Kemudian pengantin pria tiba, diapit oleh sesepuh pria dan dilakukan upacara penyerahan Sanggan. Sanggan diberikan pihak mempelai pria kepada kedua orangtua mempelai wanita sebagai bentuk tebusan putri mereka. Sanggan terdiri dari satu tangkep atau dua sisir pisang raja matang di pohon, sirih ayu, kembang telon yang berisi buna mawar, melati dan kenanga, serta benang lawe. 2. Upacara Balangan Gantal atau lempar sirih Tahapan upacara panggih dalam pernikahan adat Jawa selanjutnya adalah upacara balangan gantal. Balangan artinya melempar, sedangkan gantal artinya daun sirih yang diisi dengan bunga pinang, kapur sirih, gambir, dan tembakau yang diikat dengan menggunakan benang lawe. Upacara ini dilakukan dari arah berlawanan, berjarak sekitar dua meter. Mempelai pria melemparkan gantal ke dahi, dada dan lutut mempelai wanita. Lalu dibalas oleh mempelai wanita yang melempar gantal ke dada dan lutut mempelai pria. Ritual ini bertujuan untuk saling melempar kasih sayang. iii. Upacara menginjak telur, wiji dadi, wijikan atau Ranupada Upacara ranupada menjadi tahapan selanjutnya dalam prosesi panggih di pernikahan adat Jawa. Ranupada berasal dari dua kata yaitu ranu yang berarti air dan pada artinya kaki. Perlengkapan yang dipakai untuk ranupada terdiri dari gayung, bokor, baki, bunga sritaman dan telur. Pemaes mengambil telur ayam yang kemudian disentuhkan di dahi pengantin pria terlebih dahulu. Kemudian telur ayam juga disentuhkan di dahin pengantin wanita tiga kali. Setelahnya telur ayam dipecahkan di kaki pengantin pria dan pengantin wanita membasuh kaki pengantin pria dengan air bersih. Pembasuhan ini mencerminkan wujud bakti istri kepada suami agar rumah tangga bahagia dan harmonis. Ilustrasi pernikahan adat Jawa Foto Dok. iStock four. Upacara Bergandungan tangan Kanten Asto Kanthen Asta Prosesi panggih dalam pernikahan adat Jawa dilanjutkan dengan tahapan kanthen asta. Pada prosesi ini kedua pengantin berdiri berdampingan dan bergandengan tangan sambil mengaitkan jari kelingking, wanita di sebelah kiri dan pria di sebelah kanan. Kedua mempelai kemudian berjalan bersama ke pelaminan. v. Upacara Selimut Slindur Saat sampai di pelaminan, prosesi panggih dalam pernikahan adat Jawa dilanjutkan dengan upacara selimut slindur. Pada tahapan ini ibu dari pengantin wanita menyelimuti kedua lengan pengantinndengan kain sindur. Setelah itu kedua pengantin berjalan pelan-pelan menuju tempat duduk pengantin, diikuti oleh kedua orangtua. 6. Upacara Pangkon, Timbangan atau Tanem Jero Setelah sampai di pelaminan, upacara panggih berlanjut dengan kedua mempelai tetap berdiri berdampingan dengan posisi membelakangi pelaminan atau menghadap tamu undangan. Dengan disaksikan ibu mempelai wanita, ayah mempelai wanita mendudukan kedua mempelai ke kursi pengantin sambil memegang dan menepuk-nepuk bahu keduanya. Prosesi ini memiliki makna bahwa kedua mempelai telah “ditanam” agar menjadi pasangan yang mandiri. 7. Upacara Kacar Kucur atau Tampa Kaya Upacara kacar kucur dalam pernikahan adat Jawa melambangkan bahwa suami berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan nafkah kepada istri. Biasanya kacar kucur yang bagian dari prosesi panggih ini berupa Keba atau kantong tikar anyaman yang berisi beras kuning, kacang, kedelai, uang logam dan kembang telon seperti bunga mawar, melati dan kenangan kepada pengantin wanita. Ini adalah lambang suami yang bertugas sebagai mencari nafkah untuk keluarga dan sebagai simbolik dari menyerahkan hasil kerja kerasnya kepada istri. Jalannya upacara kacar kucur ini adalah mempelai pria menuangkan isi keba ke pangkuan wanita dan diterima dengan kain sindur. Diatur sedemikian rupa agar isi keba tidak habis sama sekali dan tidak ada barang satupun yang tercecer. viii. Upacara Dulangan atau Dhahar Kalimah Upacara dulangan dalam pernikahan adat Jawa maknanya melambangkan kerukunan yang serasi antara suami dan istri. Dalam upacara ini kedua pengantin baru saling menyuapi nasi satu sama lain. Pada upacara dulangan ini mempelai pria membuat tiga kepalan nasi kuning dan diletakkan di atas piring yang dipegang oleh pengantin wanita. Dan disaksikan mempelai pria, mempelai wanita memakan satu per satu kepalan nasi. Lalu mempelai pria memberikan memberikan segelas air putih kepada mempelai wanita. Prosesi ini menggambarkan kerukunan suami istri akan mendatangkan kebahagiaan dalam keluarga. Ilustrasi pernikahan adat Jawa Foto Dok. iStock 9. Upacara Bubah Kawahbatau Ngunjuk Rujak Degan Setelah dulangan, prosesi panggih dalam pernikahan adat Jawa dilanjutkan dengan upacara ngunjuk rujak yang artinya minum rujak degan. Pada upacara ini kedua mempelai dan orangtua mempelai wanita mencicipi rujak degan, yakni minuman yang terbuat dari serutan kelapa muda dicampur gula merah, sehingga rasanya manis dan segar. Prosesi ini memiliki makna kerukunan dan kebersamaan. Bahwa segala sesuatunya yang manis tidak dinikmati sendiri, melainkan harus dibagi bersama dengan seluruh anggota keluarga. 10. Upacara Mapag Besan atau besan datang berkunjung Prosesi berikutnya dari panggih dalam pernikahan adat Jawa adalah mapag besan atau upacara besan martuwi atau upacara besan tilik pitik. Mapag besan ini artinya menjemput besan. Prosesi ini dilakukan karena orang tua mempelai pria tidak diperkenankan hadir selama prosesi panggih sampai upacara ngunjuk rujak degan. 11. Upacara Sungkeman atau Pangabekten Prosesi yang terakhir dalam panggih adalah sungkeman. Sungkeman dilakukan sebagai wujud bahwa kedua mempelai akan patuh dan berbakti pada orangtua mereka. Pada prosesi ini, kedua mempelai bersembah sujud kepada kedua orangtua untuk memohon doa restu serta memohon maaf atas segala khilaf dan kesalahan. Kedua mempelai memohon doa dan restu kepada orangtua agar menjadi keluarga yang bahagia. Setelah acara panggih selesai barulah kedua mempelai melaksanakan acara resepsi. Pada resepsi ini kedua mempelai akan menyapa tamu-tamu yang hadir. Simak Video “Dekorasi Pernikahan Keluarga Cendana Viral di Medsos“ [GambasVideo 20detik] gaf/eny

Alatinilah yang digunakan untuk mengambil sinonggi dari tempat penyajian. setidaknya ada 250 etnis yang eksis memiliki “Masyarakat Hukum Adat” salah satu seperti misalnya keberadaan hukum Adat perkawinan Tolaki dengan Adat Kalosara sebagai jatidiri dan karakter suku bangsa Tolaki yang mendiami daratan pulau Celebes Tenggara alias
Ngunduh mantu adalah sebuah tradisi yang membuat momen pernikahan terlihat spesial dan juga unik. Ngunduh mantu sendiri sering dijadikan sebuah prosesi pelengkap bagi pernikahan adat Jawa dan juga adat ngunduh mantu sendiri bukanlah sebuah kewajiban, namun banyak orang yang tetap ingin menyelenggarakan salah satu dari prosesi pernikahan adat tradisional mantu adalah sebuah pesta lanjutan. Pesta ini dijadikan momentum sebagai cara keluarga pengantin pria untuk memberi tahu kepada sanak saudara atau tetangga bahwa mereka memiliki anggota keluarga baru yaitu pengantin dilihar dari bahasa, ngunduh dalam Bahasa Jawa memiliki arti panen atau memanen. Sementara mantu adalah menantu. Jadi ngunduh mantu berarti memanen mantu. Artinya keluarga laki-laki mempunyai mantu perempuan dari anak laki-lakinya. Dalam praktiknya, mungkin satu daerah dengan daerah lainnnya di Jawa berbeda satu sama lainnya dalam mengadakan acara. Meski demikian, prosesinya tidak akan berbeda ngunduh mantu ini dilakukan oleh pasangan yang keluarganya tinggal secara berjauhan. Tradisi ini pun dilakukan 5 har setelah resepsi pernikahan tradisi ini biasanya digelar lebih sederhana jika dibandingkan dengan pesta resepsi. Lalu, apa saja sih prosesi ngunduh mantu yang biasa dilaksanakan? Ini dia!Baca Juga Mengharukan, 5 Artis Ini Memilih Tidak Menikah Lagi Setelah Suami MeninggalRangkaian Prosesi Ngunduh MantuFoto Ngunduh Mantu Foto beberapa rangkaian yang perlu dilakukan dalam prosesi ngunduh mantu. Dilansir dari Mahligai Indonesia, berikut rangkaian yang perlu dilakukan agar tradisi ini terasa pertama yang perlu dilakukan biasanya dari kehadiran keluarga pengantin perempuan serta pasangan yang baru menikah. Sepasang pengantin dan kedua orang tua pengantin wanita beserta rombongan hadir di rumah besan orangtua pengantin pria, diiringi Gendhing Boyong kedua yang akan dilakukan adalah penyambutan pengantin dan juga keluarga perempuan. Orang tua pengantin pria menyambut kehadiran besan orang tua pengantin wanita bersama kedua pengantin. Ibu pengantin pria segera melingkarkan kain motif Sidomukti atau sejenisnya di bahu kedua mempelai. Selanjutnya berjabat tangan dengan besan. Rangkaian prosesi diiringi Gending Boyong pun tidak boleh dilupakan, ya. Kedua mempelai diiringi kedua orang tua menuju pelaminan. Sebelum kedua mempelai duduk dipelaminan, terlebih dahulu melakukan sungkem ke kedua orang terakhir, kedua mempelai duduk di pelaminan, diapit kedua orang tua. Kedua orangtua mempelai pria selaku pemangku hajat duduk di sebelah kanan pengantin. Sementara kedua orang tua mempelai wanita duduk di sebelah kiri pasangan melakukan tradisi adat ngunduh mantu, terdapat beberapa istilah yang perlu dipahami agar acara berjalan dengan lancar. Berikut istilah dari prosesi tersebut!Baca Juga 6 Kebiasaan Sehari-hari yang Tanpa Disadari Mengancam PernikahanMengenal Berbagai Macam Istilah Tradisi Ngunduh MantuFoto Ngunduh Mantu Foto mantu sendiri memiliki beberapa istilah yang patut untuk dipahami. Yuk ketahui lebih dalam mengenai tradisi ini!1. PangombyongDilansir dari WeddingMarket, prosesi pernikahan adat Jawa dalam ngunduh mantu yang pertama bernama pangombyong. Pangombyong sendiri adalah sebuah prosesi ketika kedua pengantin, orang tua, dan keluarga yang mengantar bersiap untuk melakukan prosesi ngunduh biasanya di sini semua anggota yang akan ikut sudah merias wajah. Pengantin pun sudah siap dengan baju sendiri memiliki nama lain pengiring yang merupakan awal dari dimulainya acara ngunduh mantu. Kedua pengantin pun akan pergi meninggalkan orang tua pengantin wanita dan diantarkan oleh rombongan pengiring tersebut sendiri biasanya terdiri dari keluarga besar, kerabat hingga tetangga setelah tiba di rumah pengantin pria atau di tempat acar ngunduh mantu dolaksanakan, rombongan akan disambut dengan Gendhing Boyong Juga 5 Cara Mengatasi Rasa Cemburu dalam Pernikahan Secara Wajar2. Imbal WicaraFoto Ngunduh Mantu Foto rombongan pangombyong sudah tiba di rumah pengantin pria atau tempat yang sudah dipilih untuk ngunduh mantu, acara pun akan masuk ke jadwal di sini Imbal Wicara akan dilakukan. Imbal Wicara adalah salah satu prosesi ngunduh matu yang berupa dialog dari keluarga pengantin wnita kepada pengantin dari dialog ini adalah untuk menyerahkan pengantin wanita kepada pengantin pria dan sini, kedua pengantin pun akan diberikan dua cangkir air minum. Air minum itu diberikan dengan cara diminumkan oleh kedua orang tua dari pengantin pria. Prosesi yang satu ini pun memiliki nama khusus yakni Ujukan Tirto dari prosesi ini adalah menunjukkan lambang kasih sayang orang tua kepada anak laki-laki dan juga menantunya. Sementara itu air sendiri adalah sebuah simbol dari harapan orang tua agar kedua pengantik bisa selalu diberikan kejernihan dalam berpikir dan memutuskan sesuatu ketika dilanda air pun menjadi lambang dari kejernihan cara berpikir Juga Suami Takut Dengan Istri, Apa Dampaknya Bagi Pernikahan?3. Sindur BinayangLangkah selanjutnya dari prosesi tradisional ini bernama Sindur Binayang. Sindur Binayang sendiri adalah sebuah proses ketika ayah dari pengantin Pria menyampirkan kain sindur di pundak kedua memegang bagian ujung kain, sang ayah pun kemudian menuntun keduanya hingga duduk di itu, ayah pengantin pria akan berjalan di bagian depan barisan dan diikuti oleh kedua pengantin. Jika sudah, ibu pengantin pria pun mengikuti di belakangnya semabari memegangu pundak kedua di adat Jawa prosesi ini akan diikuti oleh alunan gending ketawang boyong tiba di pelaminan, kedua pengantin serta orang tua akan berdiri dengan sejajar sembari menyaksikan tari gombyong. Lalu sebelum duduk di kursi pelaminan, pengantin pun biasanya melakukan proses melakukan prosesi ini biasanya akan memakan waktu paling lama sebanyak 30 hingga 40 menit saja. Prosesi ini adalah runutan acara yang paling panjang jika dibandingkan dengan yang Juga Rumah Tangga Bermasalah, Perlukah Mengunjungi Psikolog Pernikahan?4. SambutanNah acara selanjutnya yang akan dilakukan dalam prosesi unduh mantu adalah sambutan. Biasanya sambutan akan disertai ucapan terima kasih dari perwakilan keluarga pengantin sambutan diberikan, acara ini biasa ditutup dengan acara makan susuan dalam prosesi ngunduh mantu di adat Jawa memang tidak memakan waktu yang lama. Bahkan bisa selesai dalam waktu 1 hingga 1,5 jam pun bisa ditambahkan dengan pembacaan doa, tausiyah, juga sesi foto yang biasnaya ngunduh mantu adat Sunda, istilah yang digunakan pun berbeda. Biasanya adat Sunda sendiri menamainya dengan mulung mantu yang berarti mengambil acara yang digunakan di adat Sunda pun bisa dibilang hampir sama. Namun, penggunaan bahasa serta istilahnya tentu saja akan itu tadi Moms! Tradisi ngunduh mantu memang bisa dibilang tak memakan waktu banyak. Namun untuk sebagian orang, tradisi ini sangat penting sehingga tingkat kemewahannya pun bisa saja disamakan dengan acara yang gelar ketika resepsi.
Senjataini merupakan jenis senjata yang tergolong pendek dengan mata pada sebelah bilah saja dan boleh digunakan secara tunggal ataupun berpasangan. Badik Tumbuk Lada pada zaman dulupun menjadi salah satu kelengkapan pakaian adat di Kepulauan Riau. Badik merupakan salah satu identitas yang mencirikan bangsa Melayu.

Bokeh Situs Download http Contact Result for Ubarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat Mantu TOC Daftar IsiMateri Budaya Mantu Pernikahan Adat Jawa 18, 2018 Dalam kebudayaan Jawa, banyak upacara-upacara adat yang dilakukan masyarakatnya. Diantara banyaknya kebudayaan Jawa tersebut terbagi menjadi tiga yaitu metu lahir, manten nikah, dan mati. Pada artikel kali ini, akan menyajikan materi tentang salah satu tradisi Jawa tersebut yaitu tata cara dan urutan mantenan dalam bahasa SIMBOLIK UPACARA SIRAMAN PENGANTIN ADAT JAWA - UIN WalisongoSiraman mandi merupakan upacara adat Jawa yang dilakukan sehari sebelum pengantin melaksanakan ijab qabul. Dalam upacara siraman tata pelaksanaan dan peralatan ubarambe yang digunakan sudah maton/pakem sebagai sebuah simbol yang memiliki arti dan makna. Makna dan arti simbol dalam siraman tidak terlepas dari konteks KAMUS VISUAL UBARAMPE MANTU ANDROID SEBAGAI MEDIA - IPTSUbarampe adalah peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan upacara adat. Maka yang dimaksud dengan ubarampe mantu adalah peralatan atau properti yang dibutuhkan dalam pelaksanaan upacara adat mantu. Nugroho & Hidayat 2021 menyatakan bahwa ubarampe merupakan hal penting dan harus ada dalam pelaksanaan upacara adat karena ubarampe mengandung Ubarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuAlat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuAlat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat Mantu TATA UPACARA MANTU PERALATAN PERKAWINAN i. PASANG TARUP Pada umumnya bangunan rumah yang tidak besar / tidak luas, tidak dapat menampung jumlah tamu yang besar kalau rumah tersebut untuk menyelenggarakan upacara mantu peralatan perkawinan yang serba luas, maka untuk keperluan itu lalu Ubarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuAlat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuMay 1, 2022 Tahapan upacara panggih dalam pernikahan adat Jawa selanjutnya adalah upacara balangan gantal. Balangan artinya melempar, sedangkan gantal artinya daun sirih yang diisi dengan bunga pinang, kapur sirih, gambir, dan tembakau yang diikat dengan menggunakan benang Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuAlat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat Mantu TATA UPACARA MANTU PERALATAN PERKAWINAN i. PASANG TARUP Pada umumnya bangunan rumah yang tidak besar / tidak luas, tidak dapat menampung jumlah tamu yang besar kalau rumah tersebut untuk menyelenggarakan upacara mantu peralatan perkawinan yang serba luas, maka untuk keperluan itu lalu Ubarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuAlat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuAug 26, 2022 Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat Mantu. Alatyangdigunakanpada upacaraminum teh Jepang CHANOYU Upacaraminum teh merupakan ritual tradisional Jepang dalammenyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chado atau cha no yu yangberkembang terutama dari pengaruh Buddhisme / Kelengkapan Pada Prosesi Panggih 11, 2017 Dalam prosesi panggih terdapat beberapa ubarampe kelengkapan yang dilaksanakan saat resepsi pernikahan yang secara batiniah mempunyai makna simbolis sekaligus permohonan kepada Tuhan YME. 1. Gantal , merupakan ubarampe yang dibuat dari daun sirih yang matemu rose dan dilipat membulat/dilinting .Apa Itu Tradisi "Ngunduh Mantu" dalam Pernikahan Adat Jawa - KAMUS VISUAL UBARAMPE MANTU ANDROID SEBAGAI MEDIA Apr 12, 2023 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kebutuhan siswa dan guru terhadap kamus visual ubarampe mantu berbasis android, mengembangkan prototipe kamus visual ubarampe mantuUbarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat Mantu66 JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017 UPACARA ADAT MANTU KUCING Dari penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa upacara adat mantu kucing di Desa Purworejo Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan telah ada sejak tahun 1954. Tradisi tersebut masih tetap dijalankan ketika Desa Purworejo mengalami kemarau PERKAWINAN URUT-URUTAN / TATACARA MANTU - BloggerNov 10, 2011 Tarup merupakan awal kegiatan perlatan mantu. Berbarengan dengan tarup tersebut disertakan upacara selamatan wilujengan yang berisi doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Nabi Rosul dan para leluhur, agar peralatan perkawinan dapat berjalan lancar dan selamat sehingga tercapai apa yang diharapkan. Mantu Mengetahui Arti dan Rangkaian AcaranyaJun 16, 2021 Daftar isi artikel Rangkaian Prosesi Ngunduh Mantu Mengenal Berbagai Macam Istilah Tradisi Ngunduh Mantu Ngunduh mantu adalah sebuah tradisi yang membuat momen pernikahan terlihat spesial dan juga unik. Ngunduh mantu sendiri sering dijadikan sebuah prosesi pelengkap bagi pernikahan adat Jawa dan juga adat 7 Upacara Adat di Indonesia dan Tujuannya, Ada Tradisi Bakar Jul 18, 2022 Upacara adat merupakan warisan turun temurun yang diadakan sesuai kepercayaan masyarakat setempat. Setiap upacara adat memiliki tujuan yang berbeda-beda, ada upacara yang diadakan untuk pernikahan, kelahiran, maupun kematian. Berikut ini sejumlah upacara adat dan tujuanya di Indonesia. Upacara Adat di Indonesia dan Tujuannya Upacara Adat di Indonesia - 11, 2021 Dikutip dari jurnal Upacara Adat Mantu Kucing di Desa Purworejo Kabupaten Pacitan Makna Simbolis dan Potensinya sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah 2017 oleh Trisna Sri Wardani dan Soebijantoro, Upacara Adat Mantu Kucing merupakan upacara adat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar menurunkan hujan di daerah tempat diselenggarakannya Ubarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuTabuik - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasDalam setiap upacara adat selalu ada alat pengiring untuk mengiringi tiap ritual. Hal yang sama juga ada di dalam upacara adat Tabuik. Alat yang digunakan untuk mengiringi upacara adat ini adalah alat musik gendang tasa atau dikenal secara luas sebagai gendang Jenis Alat Musik Suku Batak, Sering Dimainkan saat Upacara AdatFeb 27, 2023 1. Ogung 2. Garantung 3. Sulim 4. Balobat 5. Sarune Bolon 6. Gondang 7. Arbab 8. Taganing 9. Hasapi 10. Tulila 11. Gordang Sambilan Medan - Suku Batak adalah salah satu suku yang paling banyak kita temui di Sumatera Utara, khususnya di sekitaran Danau Siraman Pengantin Pengertian, Tujuan, Tata Cara, dan Makna Jan 25, 2022 Pengertian Siraman Siraman berasal dari bahasa Jawa, yaitu kata siram yang artinya mandi. Ada pula yang memaknainya dengan mengguyur. Secara istilah, siraman merupakan proses memandikan atau mengguyur calon pengantin sebelum prosesi ijab kabul dilaksanakan. Bagi masyarakat Jawa, siraman tidak hanya membersihkan raga Tahapan Upacara Panggih dalam Pernikahan Adat Jawa dan - WolipopFeb 23, 2020 1. Upacara Penyerahan Sanggan Setelah persiapan dan waktu yang direncakan untuk menikah, pengantin wanita keluar dari dalam rumah dan duduk di kursi pengantin berhias indah dimuka petanen atau disebut krobongan. Kemudian pengantin pria tiba, diapit oleh sesepuh pria dan dilakukan upacara penyerahan Upacara Adat di Indonesia dan Tujuannya yang Wajib DiketahuiMar 7, 2020 Upacara adat Jawa Timur adalah Kasada. Tradisi ini dimiliki oleh suku Tengger yang memeluk agama Hindu untuk meminta pengampunan dari Brahma atau Dewa Pencipta. Dalam upacara adat ini, suku Tengger biasa akan melempar beberapa sesajen ke kawah Gunung Bromo, misalnya sayuran, buah-buahan, hasil ternak, hingga uang. 4. Mekikuwa di Sulawesi UtaraRelated searchesRelated Keywords For Ubarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat Mantu The results of this page are the results of the google search engine, which are displayed using the google api. So for results that violate copyright or intellectual property rights that are felt to be detrimental and want to be removed from the database, please contact us and fill out the form via the following link here.

Bentukbunga terdapat pada hampir setiap unsur yang digunakan dalam upacara adat karena mempunyai makna yang baik. kepada orang-orang Indonesia yang banyak berjasa pada Jepang. Salah satu penataan ragam hias yang sangat jelas menunjukkan pengaruh Jepang adalah bagian pola yang disebut Susomoyo yaitu pola pinggiran yang tediri atas ragam Benda dan Alat Upacara Rambu Solo’ Toraja - Pelaksanaan upacara rambu solo’ terdapat beberapa benda atau alat upacara yaitu A. La’bo’ Parang Pada pelaksanaan upacara rambu solo’ parang la’bo’ digunakan untuk menyembelih hewan kerbau dan babi yang dikurbankan oleh keluarga, memotong bambu, dll. B. Tallang Bambu Masyarakat kelurahan Padangiring sampai pada saat ini masih memanfaat sumber alam seperti bambu untuk kegiatan adat seperti upacara rambu solo’. Pemanfaatan bambu selain digunakan untuk pembuatan pondok, dapat pula digunakan untuk memasak daging babi dengan campuran sayur miyana, daun pepaya. C. Bayu lotong Baju hitam Masyarakat Toraja apabila berada ditempat dukacita kematian, dominan menggunakan baju hitam. Warna hitam melambangkan kematian dan kegelapan. Pakaian serba hitam ma’lotonglotong digunakan oleh keluarga yang berduka juga para pelayat sebagai wujud dukacita karena kematian. D. Sambu’ lotong Sarung Hitam Salah satu ciri khas berpakaian masyarakat Toraja yaitu menggunakan sarung. Hal itu dapat dilihat apabila ada acara banyak orang tua baik kaum bapak, kaum ibu maupun anak mudah menggunakan sarung sambu. Pada upacara rambu solo’ akan dijumpai masyarakat menggunakan sarung hitam sambu’ lotong sebagai simbol ikut merasa dukacita. Penggunaan sarung bagi masyarakat Toraja merupakan salah satu busana kehormatan yang mencerminkan nilai kesopanan. E. Sepu’ Sepu merupakan tas khas Toraja, berbahan tenun tangan yang dihiaskan manik-manik pada bagian ujung tas. Sepu digunakan oleh keluarga untuk menyuguhkan sirih, kapur, pinang kalosi, rokok maupun gula-gula kepada tamu yang datang melayat. F. Gayang Gayang merupakan keris yang pada hulu dan sarungnya berbalut emas, dipajang depan lakkian dan pondok penerimaan tambu lantang kamrampoan. Pada upacara rambu solo’ gayang dipasang menghadap kearah barat dan jumlah harus genap, melambangkan laki-laki yang gagah mulia. G. Kandaure Kandaure merupakan hiasan yang dibuat dari manik-manik yang melambangkan harga diri seseorang dan biasanya dipakai oleh wanita. H. Tombi/Layo Kain yang diikat pada bambu menyerupai sebuah bendera. Tombi atau layo ini dibuat sesuai jumlah kerbau yang disumbangkan oleh keluarga yang meninggal. J. Bombongan Bombongan akan dibunyikan pada saat upacara dimulai ataupun pada saat upacara telahselesai. K. Kaseda Kain merah Kaseda merupakan kain merah panjang yang digunakan pada saat ma’pasonglo. Ma’pasonglo merupakan perarakan jenazah sekitar tempat pelaksanaan upacara. Kaseda kain merah diikat pada saringan usungan jenazah yang menyerupai rumah adat Toraja kemudian ditarik oleh keluarga, secara tidak langsung tempat berlindung dari teriknya matahari. L. Tedong Kerbau Tedong kerbau hewan yang paling memiliki nilai, hewan istimewa dikalangan masyarakat Toraja. Kerbau sebagai hewan utama dan keharusan dalam pelaksanaan upacara rambu solo’. Tak heran apabila harga kerbau begitu fantastis berkisar puluhan juta bahkan sampai ratusan juta.[bp] Dalamupacara pernikahan adat suku jawa ini ada yang dinamakan pager bagus dan pager ayu. Pager bagus dan ayu masing-masing 6 orang, ini diibaratkan pengawal yang mengawal sang pengantin. Selain itu ada juga 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan yang membawa kembang mayang. 2 wanita yang membawa kembang mayang dari pengantin wanita, dan 2
Ini Dia Susunan Acara Ngunduh Mantu By Ravica 24 Apr 2021 Viewers 30759 Susunan acara ngunduh mantu sebetulnya jauh lebih simpel bila dibandingkan dengan acara pernikahan. Namun meski begitu, acara yang kerap dianggap sakral ini, tidak boleh dilewatkan, terutama oleh mereka yang bersuku mantu sendiri merupakan istilah yang berasal dari bahasa Jawa. Di mana ngunduh berarti panen dan mantu artinya menantu. Prosesi ini akan dilakukan oleh keluarga pengantin pria yang bermaksud menyambut pengantin wanita sebagai bagian dari keluarga. Kebiasaan ini sebetulnya bukan hal yang wajib, layaknya pernikahan biasa jadi bisa dilakukan atau tidak. Dan sekali lagi, ini memang erat kaitannya dengan tradisi pada masing-masing keluarga. Ngunduh mantu biasanya diselenggarakan pada hari kelima setelah hari pernikahan dilangsungkan. Karenanya tradisi ini juga dikenal dengan sebutan sepasaran atau sepekenan, dalam bahasa Jawa. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, berarti lima jarang acara ini pun digelar dengan sama meriah dan sama mewahnya seperti ketika hari pernikahan dan akad. Makanan, undangan, dekorasi tetap diperhatikan detailnya. Jika kamu juga ingin acara tersebut dilangsungkan, ada baiknya dipikir jauh-jauh hari atau bersamaan dengan rencana pernikahan. Beruntungnya, kamu juga bisa menggunakan jasa wedding organizer yang sama untuk menghemat waktu dan intinya, ngunduh mantu itu semacam perayaan atau syukuran bahwa keluarga tersebut berhasil mendapatkan menantu. Pada adat Jawa, ngunduh mantu disertai dengan berbagai prosesi yang cukup panjang. Prosesi tersebut di antaranya yaitu sebagai berikut PangombyongImbal WicaraSindur BinanyangSambutan dari keluargaAcara paripurnaKemudian apakah makna dari beberapa istilah di atas? Yuk, simak susunan acara ngunduh mantu adat Jawa berikut ini, agar kamu Istilah dalam Susunan Acara Ngunduh MantuFoto PangombyongProsesi pernikahan adat Jawa dalam ngunduh mantu yang pertama adalah pangombyong. Kedua pengantin, orang tua dan keluarga yang akan mengantar bersiap untuk melakukan prosesi ngunduh mantu. Di sini biasanya semua sudah merias wajah dan menggunakan baju atau pengiring merupakan awal dari dimulai acara ngunduh mantu. Kedua pengantin akan pergi meninggalkan rumah orang tua pengantin wanita, yang diantar oleh serombongan pengiring, seperti keluarga besar, kerabat, hingga tetangga. Setiba di venue atau biasanya rumah orang tua pengantin pria, rombongan akan disambut dengan Gendhing Boyong Imbal WicaraBegitu rombongan pangombyong tiba di rumah atau venue nikah untuk ngunduh mantu, acara akan masuk ke sesi selanjutnya yaitu Imbal Wicara. Proses ngunduh mantu kedua dalam ucapara pernikahan adat Jawa ini adalah berupa dialog dari keluarga pengantin wanita kepada keluarga pengantin pria, dengan maksud menyerahkannya. Disini, kedua pengantin akan diberi dua cangkir air minum yang akan diberikan dengan cara diminumkan oleh kedua orang tua pria. Ujukan tirto wening, demikian istilah yang digunakan untuk prosesi yang satu ini. Tujuannya sendiri ditujukan sebagai lambang kasih sayang orang tua. Dan air sendiri sebagai simbol dari harapan orang tua agar kedua pengantin kelak selalu diberikan kejernihan dalam berpikir dan memutuskan sesuatu, seperti beningnya air yang mereka Sindur BinayangMasuk ke langkah berikutnya, yaitu sindur binayang. Ini adalah proses di mana ayah dari pengantin pria akan menyampirkan kain sindur di pundak kedua pengantin, sambil memegang bagian ujung kain, sang ayah kemudian akan menuntun keduanya hingga duduk di pengantin pria akan berjalan di bagian depan barisan, diikuti oleh kedua pengantin, Kemudian ibu pengantin pria mengikuti di belakangnya sambil memegang pundak kedua pengantin. Pada adat Jawa, prosesi ini biasanya akan diikuti oleh alunan gending ketawang boyong basuki atau pelog tiba di pelaminan, kedua pengantin dan orang tua akan berdiri sejajar sambil menyaksikan tari gombyong. Kemudian sebelum duduk di kursi pelaminan, pengantin akan melakukan proses sungkeman. Untuk prosesi yang satu ini akan memakan waktu paling lama sekitar 30 hingga 40 menitan. Ini merupakan prosesi yang paling panjang dibanding dengan acara lainnya. 4. Sambutan Acara selanjutnya setelah kedua pengantin berada di pelaminan adalah sambutan serta ucapan terimakasih dari perwakilan keluarga pengantin pria. Setelah sambutan diberikan, acara pun ditutup dengan acara makan lebih itulah susunan acara ngunduh mantu adat Jawa yang hanya akan memakan waktu singkat, bahkan tidak lebih dari 1 hingga 1,5 jam saja. Acara juga bisa dilengkapi dengan pembacaan doa, tausyiah, juga sesi foto. Suku lainnya yang juga kerap melakukan prosesi ngunduh mantu adalah pernikahan adat yang digunakan pun berbeda, yaitu mulung mantu namun artiannya sendiri sama dengan mengambil mantu. Begitu juga dengan susunan acaranya kurang lebih sama, hanya saja menggunakan bahasa atau istilah yang berbeda. Nah, itu dia susunan acara ngunduh mantu yang biasa dilakukan untuk menghormati adat dan tradisi suku Jawa. Masih ada beberapa tradisi yang juga kerap disisipkan di acara tersebut, salah satunya adalah gepyokan, yaitu tradisi memukulkan beberapa macam dedaunan yang diikat menjadi satu. Kunjungi WeddingMarket Festival Gratis! Menangkan Berbagai Hadiah Menarik
Kontaminandalam bentuk gas yang diabsorpsi oleh absorbent, diantaranya : SO 2 dan H 2 S. c. Transfer massa. Prinsip trasfer massa digunakan pada absorbsi. Cara efisiensi yang dapat dilakukan dengan mengkontakkan buangan dengan solven dengan mengalirkan gas dari bawah ke atas pada tabung berisi solven. d. Interface

Ilustrasi 5 alat musik suku Asmat yang ada di Papua, sumber foto PixabayAlat musik merupakan salah satu bagian dari budaya yang dapat kira temui di setiap daerah. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan yang masih dilestarikan hingga saat ini. Di Indonesia hampir setiap daerah maupun suku memiliki ciri khas masing-masing termasuk dalam hal alat musik. Pada zaman dahulu alat musik biasanya digunakan untuk kepentingan upacara adat atau kegiatan adat lainnya. Salah satu suku yang berasal dari wilayah timur Indonesia adalah suku Asmat. Suku Asmat sendiri berasal dari Papua dan dikenal memiliki kebudayaan yang beragam, mari kita mengenal 5 alat musik suku Asmat yang ada di Alat Musik Suku AsmatIlustrasi 5 alat musik suku Asmat yang ada di Papua, sumber foto PixabayDikutip dari buku Mengenal Seni dan Budaya Indonesia karya R. Rizky dan T. Wibisono 2012 129 jika berbicara mengenai alat musik sukku Asmat salah satu yang paling terkenal adalah tifa. Tifa memiliki bentuk mirip gendang dan cara memainkannya adalah dengan dipukul. Tifa terbuat dari sebatang kayu yang isinya sebagai pelengkap dari permainan instrumen musik tradisional, tifa juga selalu dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional seperti tari Perang, Asmat, dan Gatsi. Tarian tersebut biasanya dipertunjukkan pada acara-acara maupun upacara-upacara adat tifa yang paling terkenal masih ada empat alat musik lainnya yang berasal dari Papua, diantaranya adalah sebagai adalah alat musik dari Papua yang terbuat dari kulit kerang dari pantai. Alat musik ini cara penggunaannya adalah dengan ditiup salah satu sisi kulit kerang kemudian akan menghasilkan suara yang khas dan alami. Pada awalnya alat musik ini digunakan untuk memberi adalah alat musik dari Papua yang biasanya berbentuk lonjong dan terbuat dari sebilah bambu yang sangat kecil. Pada bagian tengah dari pikon terdapat seutas tali yang dipasang kencang dan terikat pada sepotong lidi penggetar. Untuk cara memainkannya sangat mudah cukup menarik lidi bagian pangkal sehingga potongan penggetar akan menghasilkan adalah alat musik yang terbuat dari bambu. Cara memainkannya dipetik sehingga akan menghasilkan suara yang indah. Biasanya alat musik ini digunakan dalam upacara adalah alat musik dari Papua yang terbuat dari kayu atau bambu. Cara memainkan fuu adalah dengan meniup bagian yang terbuka atau itu adalah lima contoh alat musik suku Asmat yang berasal dari Papua dan kebanyakan masih ada dan digunakan dalam acara-acara adat hingga saat ini. WWN

Budayalisan pada masyarakat Jawa menyebabkan beberapa produk budaya bersifat semu, bermakna relatif, sulit diterjemahkan, dan penuh misteri. Penafsiran dilakukan dengan bebas, sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu lewat pengendalian logika. Dokumentasi secara tertulis diperlukan, supaya mudah dipahami oleh semua pihak.
Setiap suku memiliki ritual tersendiri untuk menunjukkan rasa duka akibat kehilangan anggota keluarganya. Mulai dari ritual biasa hingga yang cukup ekstrem seperti yang dilakukan oleh suku Dani. Bagi suku yang bermukim di Papua ini, kebersamaan sangatlah penting. Oleh sebab itu, saat kehilangan anggota keluarga, mereka akan segera memotong ruas jarinya. Tradisi ini dikenal sebagai Iki Palek. Jari yang dipotong menunjukan berapa banyak keluarga mereka yang telah meninggal. Meskipun mayoritas wanita yang melakukan tradisi ini, tetapi pria juga ikut melakukannya sebagai bentuk kesedihan. Indonesia memiliki etnis dan budaya yang beragam dari Sabang sampai Merauke,bahkan budaya di Indonesia sebagai objek wisata yang menguntungkan negara. Ihromi 1999 Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih disesuaikan dengan antropologi sosial maka kebudayaan itu bersifat relativisme yaitu berdasarkan pendapat masyarakat yang mengalami atau masyarakat yang memiliki kebudayaan. Kebudayaan sangat penting di dalam kehidupan manusia hal ini didukung dengan pendapat Ihromi 1999 karena kebudayaan mewujudkan suatu integrasi,maka perubahan pada satu unsur sering menimbulkan pantulan yang dahsyat dan kadang-kadang pantulan itu terjadi pada bidang-bidang yang sama sekali tidak disangka merupakan salah satu pulau yang masih mengikat erat budayanya,walaupun di pulau ini terdapat kota Jaya Pura namun masih terdapat daerah-daerah tertentu yang masih hidup dengan kebudayaan tanpa dipengaruhi oleh budaya asing. Kebudayaan memotong jari sebagai ungkapan kesedihan dan pencegahan terjadi kembali tidak dapat ditemukan di kebudayaan di daerah jari tangan ialah menghilangkan sebuah organ tubuh yang akan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.
Kisahini diceritakan oleh Yopentius Sangkin, 79 tahun, cicit kandung dari Ayus saudara tertua Inar, yang pernah menjabat Kepala Kampung Temula periode 1984-1994 dan Kepala Adat selama 6 tahun. Setelah dewasa Inar menikah dengan seorang pemuda bernama Baras namun keduanya tidak dikaruniai anak.
TATA UPACARA MANTU PERALATAN PERKAWINAN i. PASANG TARUP Pada umumnya bangunan rumah yang tidak besar / tidak luas, tidak dapat menampung jumlah tamu yang besar kalau rumah tersebut untuk menyelenggarakan upacara mantu peralatan perkawinan yang serba luas, maka untuk keperluan itu lalu dibuat bangunan tambahan. Agar suasana perjamuan tampak indah serasi dan semarak, bangunan tambahan tersebut dihias dengan gba-gaba, berupa janur daun kelapa yang masih muda, pelisir pare-anom hijau-kuning atau gula-kelapa merah-putrih dsb. Pemasangan bangunan tambahan, gaba-gaba beserta ragam hiasnya tersebut disebut tarup. Tarup merupakan awal kegiatan perlatan mantu. Berbarengan dengan tarup tersebut disertakan upacara selamatan wilujengan yang berisi doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Nabi Rosul dan para leluhur, agar peralatan perkawinan dapat berjalan lancar dan selamat sehingga tercapai apa yang diharapkan. a. Selamatan Rasulan Berupa nasi wuduk nasi gurih disertai lauk pauk ayam opor wutuh ingkung, kedelai hitam goreng, rambak, ulam/lalaban lombok merah, bawang merah, mentimun, garam, pisang raja dua sisir setangkep, bunga telon telu = tiga, yakni mawar, melati, kenanga. Dengan selamatan ini dipanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa beserta Rasulullah, untuk mohon doa dan barkah. b. Nasi Asahan Nasi biasa dengan laup pauk gereh goreng, rempeyek, tempe kripk, bihun goreng, bergedel, sambel goreng lotho isi kacang panjang tumis buncis, daging “kebo siji” digoreng kebo siji = seekor kerbau, yakni berupa kumpulan dari berbagai bagian daging kerbau dan krupuk. Selamatan ini disertakan panjatan doa untuk Tuhan Yang Maha Esa dan para leluhur nenek moyang yang dimuliakan. c. Nasi Golong Nasi golong-golong, tiap dua golong dibungkus dengan daun pisang menjadi satu supit satu supit = satu bungkus. Jumlah supit mengambil bilangan gasal, misalnya 5, seven, dan nine supit. Lauk pauknya sama dengan lauk pauk nasi asahan, ditambah pecel ayam ayam goreng dirajang atau dicincang dan dibumbui ramuan bumbu rujak dan sayur menir sayur segar terbuat dari daun bayam diberi biji jagung muda. Nasi golong beserta perangkatnya melambangkan permohonan agar tercipta kemanunggalan antara hamb manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. d. Ketan, Kolak dan Apem Baik ketan, kolak maupun apem kesemuanya mengandung makna untuk memuliakan para leluhur. Untuk setiap jumlahnya dibuat gasal. ganjil Jw.. 2. UPACARA BUANGAN bucalan, Jw. Pengadaan sesaji untuk roch halus yang baik maupun yang tidak baik agar menjaga segala penjuru bumi, sumber air, kekayuan besar, dsb. Sehingga tidak ada yang mengganggu bahkan diharapkan membantu. Macamnya buangan a. Pecok bakal, terdiri dari Biji kacang-kacangan kedelai, kacang ijo, kacang tholo, jagung, kluwak, kemiri berkulit, telor ayam mentah, gantal lintingan daun suruh/sirih, daun dadap serep, trasi, bawanh merah brambang, bawang putih, lombok, gula kelapa, garam, empon-empon, rajangan daging/isi kelapa dan uang logam. Kesemuanya ditempatkan dalam takir besar atau panjang ilang anyam-anyaman seperti bakil terbuat dari daun kelapa muda. b. Gecok mentah, terbuat dari Daging sapi mentah dipotong-potong atau dicacah kecil-kecil, dibumbui bawang, lombok, garam, kencur, santan dalam sudi/takir kecil. Diwadahi takir yang kemudian ditempatkan pada pojok-pojok pekarangan, pojok rumah, sumur, jamban, dam pemasangannya diwaktu malam. three. MENYIAGAKAN BERAS DIPEDARINGAN Bapak dan Ibu yang akan mengadakan peralatan punya kerja untuk keperluan menyiagakan beras menyiapkan diri dengan berpakaian Jawa. Ibu mengenakan kain tuluh watu dan kebaya lurik. Ibu menggendong bakul tenggok berisi beras, sedangkan ayah mendampinginya. Keduanya masuk kedalam rumah terus menuju ke pedaringan pedaringan = tempat penyimpanan beras keluarga untuk memasukkan beras nginggahaken wos = memasukkan/menyiagakan beras yang akan digunakan untuk keperlian mantu. 4. UPACARA TANAK NASI Ibu dibantu bapak, mengambil beras dari pedaringan terus dibawa ke sumur. Bapak mengambilkan air. Ibu mencuci beras mususi. Beras dibawa kedapur. Bapak menyalakan api dapur. Ibu memasukkan beras kedalam kukusan kerucut nasi. Itulah upacara menanak nasi. Setelah itu kegiatan menanak nasi dilanjutkan orang lain. v. PASANG TUWUHAN tuwuh = tumbuh, tuwuhan = tetumbuhan Pemasangan tuwuhan mengandung maskdu agar kedua mempelai dikemudian hari dapat dikaruniai tuwuh turunan yang baik, yakni menusia utama. a. Tempat pemasangan – Dimuka rumah – Dipintu kamar mandi tempat bermandi pengantin siraman b. Jenis tetumbuhan Diambilkan dari tetumbuhan yang dipandang mempunyai nilai atau arti yang baik, antara lain i. Setandang pisang suluhan, lengkap dengan batangnya suluh = matang dibatang, tidak karena diperam. Dipasang dimuka pintu rumah tempat menyelenggarakan peralatan. Hal itu dikandung maksud, mudah-mudahan bagi yang punya kerja dapat memiliki hati yang terang dan roman yang cerah. 2. Cengkir gading kelapa muda warna gading/kuning, menunjukkan pikiran yang cerah penuh kemantapan. 3. Tebu Wulung batangan, melambangkan jiwa yang disertai keteguhan pendirian. 4. Daun keluwih seikat, mudah-mudahan penyelenggaraan peralatan tidak kekurangan suatu apa, bahkan diharapkan serba lebih. 5. Daun ilalang, semoga tidak ada hambatan atau halangan suat apa. 6. Daun apa-apa, agar terhindar dari kerusakan atau gangguan yang berupa apapun juga. 7. Padi seikat, bersama. 8. Dahan dan bunga / bungkah bunga kapas, semoga selalu sejahtera lahir batin, cukup sandang cukup pangan. 9. Ranting dan daun beringin, semoga selalu mendapatkan perlindungan pengayoman. 10. Pengaron berisi kembang setaman, ditempatkan dibawah tuwuhan. Itu sebagai suatu penghormatan terhadap Dewa penjaga wisma dan Dewi Sri. Pengaron = keramik sebangsa kuali terbuat dari tanah. 6. SIRAMAN PENGANTIN PUTRI Siraman pengantin putri dilaksanakan sehari sebelum ijab nikah. a. Sesaji dan perlengkapannya Tumpeng robyong, adalah tumpeng nasi yang pada puncaknya ditancapkan lauk pauk bersunduk. Jenis-jenis lauk pauk bersunduk antara lain Telor ayam rebus, brambang-lombok merah, ikan laut goreng, daging goreng, tempe goreng, kembang mawar-melati-kenanga. Diseputar bakul ditancapkan sundukan terong mentah berbelah, sayuran dan kacang panjang. Jumlah sundukan disesuaikan dengan jumlah bakul dan tumpeng dan diatur serasi mungkin. Pada dinding luar bakul dihias dengan daun pisang dicabik-cabik keci-kecil disuwiri, Jw sehingga tampak indah robyong-robyong. Tumpeng robyong ditempatkan / diletakkan ditempat upacara siraman. b. Perlengkapan siraman one. Air siraman, air jernih dan bersih ditaburi kembang mawar, melati dan kenanga. 2. Tikar bangka, tikar pandan, daun apa-apa terbungkus kain mori. c. Jalannya upacara siraman Setelah mohon doa restu ayah dan ibu, calon pengantin putri terus diantar ketempat siraman, disilakan duduk diatas bangku yang beralaskan tikas bangka, tikar pandan, dsb. Dimulailah upacara siraman. Yang paling dahulu menyiram adalah sesepuh yang tertua. Setelah para sesepuh selelsai menyiram baru ayah dan ibu, yang terakhir adalah juru rias pengantin. Ada juga suat adat upacara, yakni pada waktu siraman ayah dan ibu menyiram calon pengantin putri dengan menggunakan air yang diwadahi kelnting atau kendi klenting = keramik berbentuk seperti tempayan yang dalam ukuran kecil. Selesai menyirami kendi atau klenting terus dibanting dilantai sampai pecah, drisertai ucapan “Wis pecah pamore” sudah terbuka citranya. d. Paes berias Selesai siraman calon pengantin putri diiringkan juru ruas juru paes menuju keruang atau kamar pengantin untuk dialub-alubi dikerik rambut/bulu diatas dahi. Pada waktu dirias calon pengatin putri duduk diatas tikar bangka, tikar pandan, daun apa-apa, kain letrek merah, hijau, kuning, hitam terbungkus kain berwarna. Sesaji paes Kelapa wutuh, kemiri berkulit 3 biji, kluwak 3 biji, kacang-kacangan, jagung, beras, kain letrek, kaca kecil, bedak, minyak wangi, telor ayam mentah, gula kelapa setangkep, benang lawe, kendi kecil, jodog, seperangkat sirih, kembang boreh usar, pisang raja setangkep setangkep = sepasang, dua sisir. Kesemuanya diwadahi nyiru tampah baru beralaskan daun pisang. Selesai dialub-alubi calon pengantin putri berdandan dengan dibantu juru rias terus datang menghadap para tamu untuk memohon doa restu. Ada juga suatu adat, setelah pengantin putri selesai siraman ada sementara sesepuh putri yang membawa air siraman ketempat pengantin pria. 7. UPACARA JUAL DAWET Berbarengan dengan upacara siraman diadakan juga kegiatan jual dawet. Ibu penjualnya, sedangkan ayah membantu memayungi ibu. Para tamu berdesakan membeli dawet, alat pembelinya hanya kreweng pecahan genting. Kegiatan jual dawet dilakukan pada waktu siang hari, sehingga para tamu yang hadir dapat bermai-ramai dengan suka ria ikut membeli dawet. Kegiatan tersebut melambangkan harapan semoga pada saat diselenggarakan peralatan dapat tercipta suasana meriah dan penuh gembira, seperti suasana pada waktu jual dawet. 8. MIDODARENI Malam midodareni, semua persiapan diusahakan sudah tuntas, penuh siaga menyongsong datangnya saat peralatan. Dalam malam midodareni biasanya dilakukan upacara jonggolan , yaitu datangnya calon pengantin pria ketempat calon pengantin putri. Kedatangannya mempunyai dua arti Untuk penuntasan semua peralatan semua penataan dari pihak pemerintah yang berhubungan dengan ijab nikah. Untuk menunjukkan diri kepada pihak pengantin putri, bahwa calon pengantin pria sudah benar-benar siaga. Dengan demikian dapat membuat tenang dan gembira pihak pengantin putri. Sehubungan dengan midodareni ada hal-hal yang perlu dipaparkan, antara lain a. Nyantri atau nyantrik , yakni penyediaan kesempatan kepada calon pengantin pria untuk tinggal beristirahat beberapa waktu didekat tempat peralatan, karena mungkin rumah calon pengantin pria agak jauh. b. Kembar mayang Terbawa cerita kuna, bahwa pada waktu midodareni para Dewa dan Dewi berdatangan ketempat pengantin putri, menghantar calon pengantin pria dengan membawa kayu Dewadaru Jayadaru yang berdaun kencana. Pada dewasa ini, kembar mayang adalah berupa gubahan yang menggambarkan tumbuhan indah, terhias dengan janur kuning, bunga dewadaru yang kekuning-kuningan dan lain-lain. Dua buah sepasang kembar mayang menggambarkan suatu berkah dari Yang Maha Esa. Oleh karenanya dalam kesempatan yang sama diadakan upacara pengupayaan nebus kembar mayang. Upacara pengupayaan kembar mayang ada yang meniru Kraton Surakarta. Ada pula disertai tetembangan tembang Dandanggula. Hal itu mengandung maksud agar mendapat mendapat pengaruh kewibawaan Nabi dan para Wali. Kembar mayang dibawa masuk kedalam rumah peralatan disertai gending “ilir-ilir”, kemudian ditempatkan didepan petanen. c. Srah-srahan Yakni suatu upacara penyerahan barang-barang raja peni, guru bakal guru dadi sebagai tanda kasih sayang kekeluargaan. Penyerahan tersebut dari pihak calon pengantin pria kepada pihak pengantin putri, dan dapat dilaksanakan pada malam midodareni. d. Majemukan Suatu selamatan khusus yang dilaksanakan pada tengah malam. Perlengkapannya sama dengan selamatan rasulan. Selamatan ini mengandung suatu harapan, mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa, Rasul dan leluhur mudah-mudahan berkenan meberikan rakhmatnya, agar niat dan rencana mengadakan peralatan dapat berlangsung dengan mudah, semalat tiada aral suatu apa. ix. IJAB NIKAH Ijab nikah merupakan upacara paling resmi dalam perkawinan, yakni penetapan secara syah menurut peraturan negara dan agama yang dianutnya. Ada beberapa adat yang bertalian dengan ijab nikah ini, antara lain – Dalam upacara ijab nikah menurut Islam, kalau pengantin pria mengenakan pakaian Jawa, sewaktu ijab nikah keris perlu dilepas sebentar sekalipun sebenarnya ajaran agama Islam tidak menetapkan hal tersebut. – Sebaliknya ada yang berpendirian, sewaktu upacara ijab nikah keris tidak boleh tidak usah dilepas, dan kalau dilepas bahkan dipandang kurang lengkap. a. Pasrahan Kalau upacara ijab nikah dilaksanakan dirumah calon pengantin putri, datangnya calon pengantin pria diantar para sesepuh, berpakaian sederhana dan sepantasnya. Setelah tiba dirumah calon pengantin putri maka para sesepuh yang memasrahkan menyerahkan kepada pihak besan. Apabila upacara ijab dan peralatan berurutan, oleh karenanya calon pengantin lelaki beserta pengiringnya sudah berpakaian lengkap. b. Sesaji nikah Dipasang didekat berlangsungnya upacara ijab, berupa cikal, tebu wulung dipotong-potong, bokor berisi beras, kelapa wutuh, gula kelapa setangkep, seperangkat sirih, benang lawe, padi, pisang raja setangkep tiap sisir jumlahnya genap dan ayam jantan jagoan. c. Mas kawin Diadakan dalam suatu upacara ijab menurut agama Islam. Maskawin berupa suatu barang yangdiatur menurut kemampuan dan kecondongan perasaan keindahan calon pengantin pria. Penyerahan maskawin dilakukan dalam serangkaian upacara ijab, dari calon pengantin pria kepada calon pengantin putri. – Pada dahulu kala, mas kawin ada yang berupa selaka perak putih setael beratnya dan “dipinjam” diutang. Hal itu ada yang mengartikan sebagai lambang, bahwa selamanya pihak pria merasa mempunyai kewajiban dan tanggungkawab terhadap pihak putri. – Akhir-akhir ini, mas kawin dapat berupa berbagai macam barang, misalnya Al-Quran, uang, hewan rajakaya, dsb. Pada umunya dilunasi sekali atau sudah diserahkan sebelumnya. 10. UPACARA PANGGIH TEMU Upacara ini melambangkan pertemuan awal antara pengantin wanita putri dengan pengantin lelaki pria yang masing-masing masih dalam keadaan suci, upacara panggih temu adalah adat kuna kejawen adat Jawa yang didasarkan pada hal-hal sbb – Perjodohan ditetapkan oleh orangtua yang didasari pertimbangan bibit – bobot – bebet, demi kelangsungan dan keselamatan rumah tangga dikemudian hari. – Pada waktu pernikahan mungkin kedua calon pengantin belum begitu saling mengenal, bahkan ada yang belum pernah saling bertemu. Maka pernikahan atau pembentukan keluarga baru itu diawali dengan upacara pertemuan upacara panggih. Jalannya upacara panggih a. Pengantin putri ditampilkan Setelah segala sesuatu selesai dipersiapkan dan sampailah pada waktu yang direncanakan, pengantin putri keluar daru rumah dalam, dibimbing dan ditampilkan keluar, kemudian disilakan duduk dikursi pengantin yang berhias indah dimuka petamen krobongan. Dengan tenang pengantin putri menanti menganti datangnya pengantin pria. b. Pengantin pria datang Datangnya pengantin pria ada yang diatur dengan jemputan dari pihak pengantin putri, dan ada juga yang langsung datang tanpa jemputan. Kedatangan pengantin pria sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, biasanya diantar oleh para keluarga dan diapit 2 orang sesepuh pria, serta diketuai diketuai seorang sesepuh yang terpercaya. c. Tebusan Apabila beberapa waktu sebelum datangnya pernikahan calon pengantin pria dititipkan mengabdi nyantri, nyantrik pada keluarga calon pengantin putri, maka pada menjelang upacara panggih calon pengantin pria ditebus oleh pihak pengantin pria. Dengan tebusan itu dipancang calon pengantin putri dan pria kembali sama derajadnya. d. Pasrahan Dilakukan sesaat menjelang panggih temu. Sesepuh pria menyerahkan pengantin pria kepada pihak keluarga pengantin putri. Hal ini dilakukan apabila upacara ijab dan panggih berbeda waktunya. Kalau ijab nikah dan panggih bersamaan dan berurutan waktunya, maka upacara pasrahan tidak dilakukan lagi. e. Nganti membimbing pengantin Selesai pasrahan, pengantin pria telah diterima pihak pengantin putri. Pembimbing / pengapit pengantin pria diganti sesepuh dari pihak pengantin putri. Pengapit tersebut adalah orang-orang terpandang, terpilih, berwibawa, pernah mantu dan masih lengkap bersuami istri. f. Panggih temu Pengantin putri diapit dua orang sesepuh wanita biasanya istri pengapit pengantin pria dibimbing berjalan pelan-pelang menuju tengah-tengah perjamuan. Pengantin pria diapit dua orang sesepuh pria, berjalan pelan-pelan menuju tengah-tengah ruang perjamuan. Ditempat dilangsungkannya upacara panggih tengah-tengaj ruangan telah disiapkan seperangkat upacara, yakni bokor besar berisi kembang setaman, telor ayam mentah, alas kaki keset, handoek kecil, gelas berisi air bersih. Ibu mempersiapkan kain sindur, sedangkan ayah memperhatinan dan menantikan dari kejauhan. Balangan lempar gantal Berlangsungnya upacara panggih dihormati dengan gendhing kodokngorek. Setelah kedua pengantin agak dekat jaraknya, sebelum benar-benar bertemu panggih kedua mempelai saling melemparkan gantal balangan gantal. Pada waktu dahulu pengantin prialah yang memulai melemparkan gantal kearah pengantin putri, kemudian pengantin putri membalas melemparkan gantal kearah pengantin pria. Hal itu mengandung maknda, bahwa dalam pertemuan pria dan wanita, pihak prialah yang mengawali memberikan ajakan. Dewasa ini, dalam lemparan gantal antara pengantin pria dan putri saling berebut awal. Menginjak telor / wiji dadi Selesai lempar gantal, pengantin pria menginjak telor ayam. Zaman dahulu justru pengantin putri yang menginjak telor dihadapan pengantin pria. Hal ini melambangkan bahwa pengantin putri sudah siap menerima wiji bibit dari pengantin pria. Mencuci kaki Setelah pengantin pria menginjak telor sampai pecah, pengantin putri menyatakan baktinya kepada suami, dengan berjongkok dihadapan suaminya terus mencuci kedia kaki suaminya dengan kembang setaman yang telah tersedia. Dewasa ini berkembang pandangan bahwa derajad wanita sama dengan pria, untuk mengimbangi baktinya pengantin putri kemudian pengantin pria membalas kasih, membantu istrinya berdiri dengan menarik tangannya. Kelengkapan lain sehubungan dengan upacara panggih – Sesepuh yang memimpin upacara panggih memberi doa restu dengan mengusap dahi kedua pengantin dengan air kembang setaman. – Kedua pengantin diberi minum air putih. – Kedua pengantin saling menukar cincin kawin. m. Bergandeng tangan kanten asta Kedua pengantin berdiri berdampingan dan bergandengan tangan pengantin putri berada disebelah kiri h. Selimut sindur Ibu pengantin putri menyelimuti kedua pengantin dengan kain sindur. Setekah itu kedua pengantin berjalan pelan-pelan menuju pelaminan tempat duduk pengantin, diiringkan ayah dan ibu. berlangsungnya upacara panggih diiringi gendhing kodokngorek dan bersambung gendhng Ketawang Larasmaya. i. Upacara pangkon Upacara ini dilaksanakan setelah kedua pengantin duduk bersanding dipelamin. Ayah berdiri ditengah-tengah diantara pengantin putri dan pria. Pengantin pria disilakan duduk diatas lutut sang ayah yang kanan, sedangkan pengantin putri diatas lutut yang kiri. Ibu berdiri dihadapan mereka bertiga, terus bertanya kepada ayah “Berat mana Pak?” ayah menjawab “Sama berat”. Hal itu menunjukkan bahwa – Ada keseimbangan antara pengantin putri dan pengantin pria – Kasih sayang ayah dan ibu terhadap mempelai berduapunseimbang pula. j. S Jalannya upacara Pengantin pria menuangkan isi keba kepangkuan pengantin putri dan diterima dengan kain sindur. Diatur sedemikian rupa agar isi keba tidak habis sama sekali dan tidak ada barang satupun yang tercecer. yard. Dulangan saling menyuap nasi Untuk melambangkan kerukunan yang serasi antara suami dan istri, maka kedua pengantin baru tersebut saling menyuapkan nasi pengantin sebanyak tiga kali. fifty. Upacara bubak kawah Upacara ini dilaksanakan apabila pengantin putri merupakan putri pertama yang dimantu. Jalannya acara Ayah dan ibu berdiri didepan dan menghadapi pengantin berdua dengan membawa minuman berupa rujak dan record ketan. Ayah minum seteguk sambil berkata ”segar nian rasanya, semoga dapat membuat segar bagi mereka yang baru berkeluarga”. Dilanjutkan ibu minum seteguk. Setelah itu minuman diserahkan kepad apengantin berdua untuk diminum. Kedua pengantin meminumnya, disertakan harapan semoga kedua pengantin segar bugar dan segera dianugerahi putera. 11. BESAN DATANG BERKUNJUNG Mertui, Tilik Pitik Setelah semua acara diatas selesai, datanglah besan ayah-ibu pengantin pria ditempat perjamuan. Bapak dan Ibu yang punya kerja segera menjemput kedatangan besan dan menyilakan duduk ditempat khusus yang telah disediakan. 12. SUNGKEMAN Pengantin putri dan pria dibimbing oleh sesepuh putri datang menghadap ayah dan ibu dari kedua keluarga untuk menyatakan rasa hormat dan baktinya serta mohon doa restu. Pengantin pria yang mengawali berbakti kepada ayah, diikuti pengantin putri, begitu berturut-turut sampai selesai. 13. PENGANTIN KIRAB Setelah agak lama sepasang pengantin duduk dipelaminan, mereka berdua dipersilakan meninggalkan tempat duduk, masuk kedalam ruang perjamuan, dengan dihantar seorang sesepuh, pengantin menghadap par atamu untuk memohon ndasihat dan doa restu. – Pada waktu dahulu, suatu perjamuan yang tamunya tidak begitu banyak, dalam acara kirab sepasang pengantin yang datang menghadap para tamu untuk mohon doa restu. – Waktu akhir-akhir ini, mengingat perjamuan biasanya dihadiri tamu yang jumlahnya cukup besar dan waktu perjamuannya biasanya singkat, maka dalam acara kirab sepasang pengantin tidak sempat datang menghadap tamu satu demi satu. Dengan dipimpin oleh seorang sesepuh, sepasang pengantin diiringkan oleh sejumlah putri domas ramaja putri berhias indah dan beberapa anggota keluarga atau saudara pengantin putri, berjalanlah dengan pelan-pelan meninggalkan pelaminan dan menuju kamar pakaian untuk berganti pakaian. Selama perjalanan kirab semua tamu sempat menyaksikan dan memberi doa restu. 14. PERJAMUAN dan BUBARAN Setelah semua acara selesai dijalankan, sebelum meninggalka ruang perjamuan para tamu sempat memberi doa restu kepada sepasang pengantin dan berkesempatan pula minta diri kepada yang empunya kerja, kedua besan dan kepada sesepuh yang mungkin mendampingi. Jabatan tangan antara tamu dengan mereka dilakukan didepan rumah perjamuan. xv. NGABUH KEMBAR MAYANG Dengan selesainya acara peralatan perjamuan, kembar mayang yang dipinjam dari “kadewatan” segera dikembalikan dilabuh. Sepasang kembar mayang dibuang dilabuh ditengah perempatan jalan besar. keterangan mengenai kembar mayang termuat pada halaman berikutnya KEMBAR MAYANG Kembarmayang adalah suatu gubahan indah yang dibuat secara khusus untuk keperluan mantu. Turunnya kembarmayang melambangkan turunnya Batara Kamajaya dan Dewi Ratih ke mayapada, menjalankan utusan Hyang Girinata, menyerahkan kembang kusumaasmara kepada umatnya yang sedang menjadi pengantin. Kembarmayang adalah milik dewa dan dipijamkan kepada orang yang sedang punya kerja mengadakan peralatan perkawinan mantu. Dengan peminjaman itu terkandung maksud, bahwa ada tuah dan barkah dari dewa kepada mereka yang sedang menjadi pengantin, agar mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan. Berhubung barang tersebut pinjaman, maka setelah peralatan selesai segera dikembalikan, dengan jalan melabuh kembarmayang tersebut. Upacara menyambut “turunnya kembarmayang” mulai diadakah sejak KG. Susuhunan PB 4 di Suakarta bertakhta. Turunnya kembarayang diwaktu malam sebelum pengantin panggih, dihormati dengan urut-urutan lagu-lagu “Dandanggula penganten” dan gendhing “Ilir-ilir penganten”. Tata urutan penyambutan turunnya kembarmayang ane. Sepasang kembarmayang dan dua buah cengkir gading kelapa muda kuning ditata dipendapa bagian depan. Dibelakangnya duduk seorang tua Dewa, kanan-kirinya berjajar putri-putri Bidadari yang nantinya akan membawa cengkir gading. Dibelakang sesepuh ada putra widadara, dua diantaranya nanti akan dipercaya membawa sepasang kembarmayang. 2. Dipintu besar berdirilah Bapak dan Ibu yang punya kerja, dihadap seorang lelaki yang nantinya akan dipercaya mencari kembarmayang. Ujarnya + “ Hadhi, wekdal punika kula gadhah perlu mantu, anak kula estri pun …….., calon kadhaup dening …….., putranipun …….. Ingkang punika kula nyuwun tulung, kersoa ngupadi sarat sarana amrih wilujeng sedayanipun, nyumrambahana dhateng kasembadaning sedyanipun ingkang dados penganten. Nyumanggakaken” . – “ Kangmas sampun terang dhawuhipun Kangmas. Ingkang punika kula hamung sadarmi nglampahi keparengipun Kangmas sekaliyan. Kula nyuwun pangestu angsala damel lampah kula, punapa dene pinarengna ing Pangeran Ingkang Maha Agung “. 3. Utusan berangkat menuju arah kembarmayang yang telah ditata dengan diiringi gendhing ayak-ayakan. Sesampai ditempat kembarmayang utusan duduk dekat dan menghadap kembarmayang. Ujarnya + “ Kisanak, sampun kirang ing pemengku, tumrap klinta-klintunipun pisowan kula. Mugi ndadosna ing kawuningan, kula kapitados ing sedherek kula sepuh, minangka kawilujengan anggenipun badhe gadhah damel mantu, kula pinitados ngupadi sarat sarana. Mugi kisanak paring pambiyantu, angsala damel lampah kula. Kula sumarah, nuwun”. – ” Kisanak, sampun sakleresipun panjenengan pinarak ing ngriki. Awit sayektosipun kula kadhawuhan dening sesepuhing Dewa, ngreksa lan maringaken sarat sarana kados ingkang panjenengan ngendikakaken. Inggih punika ingkang nama kembarmayang, inggih pepethaning wit Kalpataru Dewadaru. Pinarengaken ngampil, sinartan kaparingan wewarah gegebenganipun ingkang sami nambut silakrama. Pramila, mangga sesarengan kaliyan mandhaping kembarmayang sapirantosipun, hamung kula suwun manggatosna suraosipun atur kula”. Dilanjutkan dengan menembangkan Dandanggula dua pupuh Ratri iki kinayoman mugi, Dadya hayu kalis ing rubedane, Nama wit Kalpataru, Miwah Dewadaru puniki, Hantuk kersaning Dewa, Salugu kagadhuh, Ratu miwah kang akrama, Hingasta pra Widadara Widadari, Hander maring bawana. Yekti iki nungrahaning Widhi, Aji sarat nambut silakrama, Srana kang kondur bakale, Hamore hestri jalu, Dadya tedhak turuning wiji, Ilang salwiring godha, Putra tekeng putu, Ucap esthining wong tuwa, Runtut atut tumeka kaki lan nini, Hayem tentrem uripnya. four. Setelah uran-uran tembang / lagu tersebut selesai, bersama-sama terus berangkat menuju kedepan pintu besar disertai gendhing “Ilir-ilir penganten” “ Lir-ilir lir-ilir tandure wus sumilir, Kang ijo royo-royo kasembuh penganten anyar, Cah angon cah angon peneken blimbing kuwi, Lunyu-lunyu peneken gawe masuh dodotira, Dodotira bedhah aneng pinggire, Domana jlumatana kanggo seba mengko sore, Mumpung padhang rembulane miwah kalangene, Yo surak ayo surak ayo”. Tetembangan ilir-ilir diatur sedemikian rupa sehingga berakhirnya berbarengan dengan pembawa kembarmayang sampai didepan pintu besar. Utusan segera melaorkan hasil perjalanannya. – “ Kangmas, sampun kaparengaken dening Pangeran Ingkang Maha Asih. Sarat sarana sampun wonten ing ngarsa panjenengan sekaliyan. Hamung kersoa Kangmas nampi warahipun ingkang maringaken ngampil, mugi dipun ngendikakna dhumateng putra penganten, inggih catur wedha kados ing ngandhap punia 1. Manten lanang, rehne wus ngemong wong wadon, tandang tanduke kudu wus beneh lawan nalikane isih jaka. Mangkono uga manten wadon, kudu ngerteni yen wus ana kang ngemong. Mula ing tumindake tansah netepana wanodya kang wus ora lamban. two. Manten sakarone, jroning batin, sungkema marang maratuwa kadi dene marang wong tuwane dhewe. Awit kang padha mangun bebesanan pengrengkuhe marang mantu uga kaya marang anake dhewe. three. Urip ing bebrayan agung, wajibe netepi hangger-hanggering praja. Pikolehe, pinutra ing Nata miwah kinasih ing sasama. 4. Ngestokna dhedhawuhaning Pangeran lan singkirana wewalering Kang Maha Kawasa. Warahing piyandel utawa Agama kang den anut, tindakna ing sadina-dina, dimen ayem tentrem lahir batin kang pinanggih. + “ Hadhi, sanget ing panuwun kula. Sadaya badhe kula estokaken. Kembarmayang sapirantosipun lajeng kapapana ing sangejenging petanen. Sumangga”. Dengan tenang dan perlahan-lahan utusan menempatkan kembarmayang didepan petanen. Sejak memulai berangkat, menempatkan, hingga kembali dhormati dengan gendhing Ladrang Wilujeng. “ UPACARA SELESAI “ DANDANGGULA SAWABING NABI LAN WALI Untuk menyambut turunnya kembarmayang ada cara yang berbeda dengan keterangan diatas. Perbedaannya terletak pada tembang “Dandanggula penganten” diganti dengan “Dandanggula sawabing Nabi lan Wali”. Kidung tersebut ditembangkan oleh utusan sebagai penebus akan turunnya kembarmayang. Allurement-bait yang ditembangkan antara lain 1. Ana kidung rumeksa ing wengi, Teguh ayu luputa ing lara, Luputa bilahi kabeh, Jim setan datan purun, Peneluhan tan ana wani, Miwah panggawe ala, Gunaning wong luput, Geni temahan tirta, Maling adoh tan ana ngarah mring mami, Guna duduk pan sirna. ii. Sakehing lara pan samya bali, Sakehing ama sami miruda, Welas asih pandalune, Sakehing braja luput, Kadi kapuk tibaning wesi, Sakehing wisa tawa, Sato galak tutut, Kayu aeng lemah sangar, Songing landhak guwaning mong lemah miring, Myang pakiponing merak. three. Pagupakaning warak sakalir, Winacakna ing segara asat, Temahan rahayu kabeh, Dadi sarira ayu, Ingideran pra widadari, Rineksa ing malaekat, Sakathahng Rasul, Pan dadi sarira tunggal, Ati Adam utekku Baginda Esis, Pangucapku ya Musa. 4. Napasku Nabi Ngisa linuwih, Nabi Yakup pamirsaning wang, Yusup ing rupaku mangke, Nabi Dawud swaraku, Njeng Suleman kasekten mami, Nabi Ibrahim nyawa, Edris ing rambutku, Bagendhali kulit ingwang, Abubakar getih daging Umar Singg… Balung Bagendha Ngusman. five. Sumsumipun Fatimah linuwih, Siti Aminah bayuning angga, Ayup minangka ususe, Nabi Nuh ing jejantung, Nabi Yunus ing otot mami, Netraku ya Muhammad, Panduluku Rasul, Pinayungan Adam sarak, Sampun pepak sakathaing para Nabi, Dadya sarira tunggal. Urutan selanjutnya dapat disamakan, sedangkan wewarah dapat disesuaikan dengan keinginan yang empunya kerja. .
  • 1zi69rr2at.pages.dev/544
  • 1zi69rr2at.pages.dev/766
  • 1zi69rr2at.pages.dev/519
  • 1zi69rr2at.pages.dev/366
  • 1zi69rr2at.pages.dev/36
  • 1zi69rr2at.pages.dev/255
  • 1zi69rr2at.pages.dev/744
  • 1zi69rr2at.pages.dev/628
  • 1zi69rr2at.pages.dev/373
  • 1zi69rr2at.pages.dev/757
  • 1zi69rr2at.pages.dev/824
  • 1zi69rr2at.pages.dev/78
  • 1zi69rr2at.pages.dev/9
  • 1zi69rr2at.pages.dev/276
  • 1zi69rr2at.pages.dev/261
  • alat yang digunakan dalam salah satu upacara adat mantu